Sering kita dengar kalimat “Bahwa syurga seorang istri terletak pada ridla suaminya”. Iya, semua itu adalah benar sebab sang suamilah yang bertanggung jawab penuh kepada dirinya setelah dalam akad sang ayah mengikatnya dalam sebuah ucapan ijab qabul, karena disitulah tugas mulia seorang ayah berpindah tangan padanya.
Tugas barunya dimulai, kewajibannya dalam menjaga, mengajarkan, dan mengarahkan kepada yang lebih baik sudah harus ia lakukan dengan bijaksana, karena bila tidak maka tugasnya dihadapan Allah akan sangat berat, dan istri pula harus tahu sifat-sifat seperti apakah yang menjadikan hak istimewa ada pada perintah suaminya.
Karena Tanggung Jawab Suami Sangatlah Besar, Baik Didunia Maupun Kelak Dihadapan Allah
Alasan pertama adalah karena tanggung jawab suami sangat besar dalam menjaga wanita yang telah diikatnya dalam ikatan suci pernikahan tersebut, ia berkewajiban mengajari, mengajak, dan mengarahkan istrinya pada jalan yang lebih baik.
Dan bila engkau melakukan maksiat, maka dia akan ikut terseret ke neraka, karena dia ikut bertanggung jawab akan maksiatmu. Namun bila dia bermaksiat, kamu tidak akan pernah dituntut ke neraka, karena apa yang dilakukan olehnya adalah hal-hal yang harus dipertanggung jawabkannya sendiri.
Suamimu Bertekad Menanggung Nafkahmu Dengan Sepenuh Hati Dan Dengan Perjuangan Yang Besar
Suamimu dibesarkan sebagai lelaki yang ditanggung nafkahnya oleh ayah dan ibunya hingga dia beranjak dewasa, namun sebelum dia mampu membalasnya, dia telah bertekad menanggung nafkahmu, perempuan asing yang baru saja dikenalnya dan hanya terikat dengan akad nikah tanpa ikatan rahim seperti ayah dan ibunya.
Suamimu Ridla Menghabiskan Waktunya Untuk Mencukupi Kebutuhan Anak-Anakmu Serta Dirimu
Suamimu ridha menghabiskan waktunya untuk mencukupi kebutuhan anak-anakmu serta dirimu. Padahal dia tahu, di sisi Allah, engkau lebih harus di hormati tiga kali lebih besar oleh anak-anakmu dibandingkan dirinya.
Namun tidak pernah sekalipun dia merasa iri, disebabkan dia mencintaimu dan berharap engkau memang mendapatkan yang lebih baik daripadanya di sisi Allah.
Suamimu Terkadang Berusaha Menutupi Masalahnya Di Hadapanmu Dan Berusaha Menyelesaikannya Sendiri, Hanya Takut Mengusik Ketenanganmu
Suamimu terkadang berusaha menutupi masalahnya di hadapanmu dan berusaha menyelesaikannya sendiri, hanya karena ia takut mengusik ketenanganmu, tetapi tindakannya yang demikian sering disalah artikan olehmu.
Sedangkan engkau sendiri terbiasa mengadukan masalahmu pada dia dengan harapan dia mampu memberi solusi. Padahal bisa saja di saat engkau mengadukan itu, dia sedang memiliki masalah yang lebih besar, namun tetap saja masalahmu di utamakan dibandingkan masalah yang dihadapi sendiri.
Suamimu Berusaha Memahami Bahasa Diammu, Bahasa Tangisanmu Dengan Penuh Kesabaran
Suamimu berusaha memahami bahasa diammu, bahasa tangisanmu dengan penuh kesabaran, sedangkan engkau kadang hanya mampu memahami bahasa verbalnya saja, itupun bila dia telah mengulanginya berkali-kali.
Dan tak jarang kebodohanmu dalam mengoreksi diri seringkali membuatmu tak malu membicarakan kekuarangannya pada orang lain, membandingkannya dia dengan suami teman-temanmu, tetanggamu, dan bahkan saudaramu sendiri.
Padahal kekurangan yang ia miliki adalah aib yang harus kamu jaga dengan baik, dan hanya kamu dan Allah lah yang harusnya tahu.