KABARPANDEGLANG.COM – Pemerintah memberi gelar Pahlawan Nasional kepada mereka sebab besarnya jasa dan perjuangan mereka untuk kepentingan bangsa dan negara di era penjajahan dulu. Berkat perjuangan para jagoan mirip mereka, bangsa kita mempunyai peluang dan harapan untuk merdeka.
Sehingga bangsa Indonesia mampu meraih kehidupan yang berdikari dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Sebagai generasi penerus kita wajib meneruskan usaha mereka dengan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini. Kita harus membantu pembangunan untuk kemajuan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Pahlawan Nasional yaitu gelar penghargaan tingkat tertinggi di Indonesia. Gelar ini diberikan oleh Pemerintahan Indonesia atas tindakan yang dianggap heroik – didefinisikan sebagai “perbuatan faktual yang dapat dikenang dan diteladani sepanjang abad bagi warga masyarakat lainnya.
Diantara sekian banyak hero nasional yang ada diantaranya adalah Dr. Sutomo, Ki Hajar Dewantoro, dan EE Douwes Dekker. Berkat perjuangan mereka kita hidup sebagai bangsa yang merdeka.
1. Dr Soetomo
Dr. Soetomo lahir di Nganjuk, Jawa Timur, dia ialah tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia. Dr. Soetomo merupakan salah satu pendekar yang mendapat gelar Pahlawan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 yang ditetapkan melalui Keppres No. 657 Tahun 1961.
Beliau bersama rekan-rekannya, atas saran dr. Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo (BU), organisasi modern pertama di Indonesia, pada tanggal 20 Mei 1908, yang lalu diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Tujuan perkumpulan ini adalah kemajuan nusa dan bangsa yang serasi dengan jalan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, kebudayaan, mempertinggi cita-cita kemanusiaan untuk mencapai kehidupan bangsa yang terhormat.
Pada tahun 1924 dr. Soetomo mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi kaum pandai Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi dan sebagainya. Pada tahun 1931 ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI).
Di bawah pimpinan Soetomo PBI cepat berkembang. Pada tahun 1924, Soetomo mendirikan Indonesian Study Club atau Kelompok Studi Indonesia di Surabaya, pada tahun 1930 mendirikan Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935 mendirikan Parindra (Partai Indonesia Raya).
Nilai yang mampu kita diteladani dari beliau yaitu semangatnya untuk bangun melawan penjajah dan membela kepentingan rakyat, rasa cinta tanah air, dan kepedulian terhadap nasib bangsa Indonesia. Dengan usaha yang dilakukan oleh beliau dan rekan-rekannya bangsa Indonesia bangun untuk membebaskan diri dari penjajah.
Hasil perjuangannya belia yakni pergerakan-pergerakan atau organisasi untuk kebangkitan bangsa Indonesia dan berdirinya banyak organisasi.
2. Ki Hajar Dewantoro
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, ketika genap berusia 40 tahun, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara.
Semenjak ketika itu, ia tidak lagi memakai gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia mampu bebas bersahabat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa untuk rakyat jelata. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada penerima latih biar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Ajarannya yg terkenal adalah ” Ing ngarso sungtulodo, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani” artinya ” di depan memberi contoh, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang memberi derma”. kini kata ” tut wuri handayani” dijadikan semboyan Departemen Pendidikan Nasional.
Beliau mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa. Beliau juga rajin menulis wacana pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui goresan pena-goresan pena itulah beliau berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.
Salah satu hasil perjuangan dia adalah berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Selain itu, ada juga konsep belajar tiga dinding. Ki Hajar menyarankan, ruang kelas hanya dibangun dengan tiga sisi dinding; sedangkan satu sisi lainnya terbuka. Filosofi ini mencerminkan, seharusnya tidak ada batas atau jarak antara dunia pendidikan di dalam kelas dengan realitas di luarnya.
Selain itu ia juga mewariskan tiga anutan yang hingga sekarang masih populer, “Ing ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani.” Konsep ini bermakna, “Di depan memberi pola, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan.” Konsep tersebut masih relevan diterapkan dalam dunia pendidikan nasional remaja ini.
Kita harus meneladani nilai juang yang beliau tinggalkan. Salah satu nilai juang Ki Hadjar Dewantara yaitu dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesi. Tanpanya, mungkin bangsa Indonesia tidak mampu mencapai keadaan seperti saat ini. Rasa cinta tanah air yang besar menggugah dia untuk mendirikan Taman Siswa, ia mencurahkan perhatiannya dalam bidang pendidikan.
3. EE Douwes Dekker
Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker, umumnya dikenal dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabud lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 8 Oktober 1879 yakni seorang pejuang kemerdekaan dan jagoan nasional Indonesia.
Beliau yakni seorang peletak dasar nasionalisme. Pada awal pergerakan Nasional bersama Ki Hajar Dewantoro dan dr. Cipto Mangunkusumo yang tergabung dalam Tiga Serangkai, Danudirja Setiabudi mendirikan organisasi Indische Partij. Tujuan Indische Partij adalah kemerdekaan Hindia/Indonesia.
Bersama Ki Hajar Dewantara pula beliau ikut dalam dunia pendidikan. Pada tahun 1924 didirikan Ksatrian Instituut oleh salah satu tokoh pergerakan nasional Indo-Belanda Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (E.F.E.) Douwes Dekker yang lalu dikenal sebagai Dr. Danoedirdja Setiabudhi.
Beliau berhasil memperjuangkan nasionalisme Bangsa Indonesia melaui Indische Partij untuk perjuangan dalam bidang politik. Dalam bidang pendidikan dia berhasil mendirikan lembaga pendidikan Ksatrian Instituut.
Nilai juang yang dapat kita teladani dari dia yakni rasa cinta tanah air. Meskipun beliau memiliki darah Belanda, Jerman, Perancis , dan Jawa dari orang tuanya, tetapi jiwa nasionalismenya sangat tinggi. Danudirja Setiabudhi sangat menentang segala bentuk kolonialisme bangsa Eropa di Asia dan Afrika.
Terima kasih telah membaca artikel di website kabarpandeglang.com, semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi kamu dan bisa dijadikan referensi. Artikel ini telah dimuat pada kategori pendididkan https://kabarpandeglang.com/topik/pendidikan/, Jangan lupa share ya jika artikelnya bermanfaat. Salam admin ganteng..!!