Imajinasi tiba-tiba melayang, membayangkan jika ada seseorang, yang rela melakukan apa saja agar bisa mendapatkan predikat paling sempurna diantara wanita lainnya. Yang menjadi impiannya adalah menjadikan semua orang yang melihat tak lupa untuk memujinya. Astaghfirullah…
Segala persyaratan sangat dia usahakan agar terpenuhi, segala persiapan telah di persiapkan sejak jauh-jauh hari. Dari rutin pergi kesalon, melakukan pedicure-manicure, mendatangi ahli kecantikan, dokter segala macam.
Tapi, tak berhenti disitu saja upayanya, untuk terlihat selalu tampil trendy ia bergabung di komunitas yang status sosial memang tinggi, ia tak segan-segan mengeluarkan uang agar selalu terlihat mewah memukau.
Tapi untuk apa semua itu, untuk apa sampai mati-matian mengejar predikat “Goodlooking” dimata semua orang, khususnya untuk para laki-laki, tapi malah justru mendapat “Badlooking” dimata Allah. Gara-gara sering meninggalkan perintahnya, lupa akan koadratnya sebagai seorang muslimah.
Tak Ada Gunanya Membenahi Bagian Fisik, Jika Hati Tetap Terbiarkan Kosong
Mati-matian berusaha membenahi fisik, tak mau jika terlihat tidak cantik. Selalu resah apabila terlihat kurang menarik, selalu gelisah apabila berat badan selalu naik.
Sedangkan hati selalu dibiarkan gersang dan mengering, melupakan setiap panggilan dan perintah dari Allah yang Maha Agung. Dan tanpa sadar meletakkan dunia di depan kelopak mata, menutupi akal serta fikiran hanya untuk kepuasan sementara.
Tak ada Gunanya Rutin Kesalon Merawat Tubuh, Tapi Tak Pernah Menghormati Tubuh Dengan Menutupnya
Seringkali berlama-lama berdiri di depan cermin, sudah sempurnakah aku dimata manusia? Hanya itu yang selalu ada didalam fikirannya. Kemudian melanjutkan inginnya agar mengunjungi salon, ketika mendapati bagian tubuhnya nampak kurang sempurna.
Namun apa gunanya merawat semua tubuh agar terlihat sempurna, jika setelah terawat hanya dibiarkan terbuka. Tidak merasa bahwa semua yang nampak molek ditubuhnya adalah titipan yang Allah berikan harus ia jaga kehormatannya.
Tak Ada Gunanya Berkumpul Dengan Komunitas Sosialita, Jika Yang Dibahas Hanya Seputar Dunia
Merasa paling bahagia karena berhasil menjadi bagian dari orang-orang yang hebat menurutnya. Setiap hari berkumpul, setiap saat saling bertukar kabar hanya untuk menjadi paling update atas barang-barang branded yang menjadi kegemarannya. Tapi untuk apa berkumpul dengan komunitas yang didalamnya hanya dibahas tentang seputar dunia saja.
Yang menjadi pembahasan pokok hanya pengeluaran yang tinggi untuk membeli barang-baraang mahal, bukan tentang bagaimana caranya berbagi kepada orang yang membutuhkan disekitarnya.
lalu kapan berfikir berlama-lama tenggelam dalam sujud?, meratapi, sudah cukupkah bekal untuk kubawa ke akhirat?, atau saling mengoreksi diri agar menjadi lebih baik. Tidak, semuanya tidak pernah membahas itu karena yang mereka koreksi hanya tentang keadaan harta.
Tak Ada Gunanya Banyak Teman, Jika Tidak Membawa Kita Ke Jalan Yang Benar
Untuk apa banyak teman yang hanya membuat kita bahagia karena sudah melupakan Allah. Sering kali tertawa, bersenang-senang dengan maksiat yang diperbuat. Tak seorangpun ada yang bertanya, sudah shalat apa belum?, sudah menunaikan zakat?, sudah menunaikan haji?, atau kewajiban-kewajiban lainnya.
Tak ada yang menegur ketika terlanjur melakukan kesalahan kepada Allah, mereka hanya membiarkannya. Karena yang mereka ingat dikepalanya hanya tentang harta dan kecantikan fisik.
Tak Ada Gunanya Berhasil Dipuji Orang, Jika Hanya Karena Fisik Dan Harta Semata
Merasa sangat bangga ketika usaha goolooking yang ia sandang berhasil membuat semua orang selalu memujinya. Ia lupa bahwa yang mereka miliki saat ini akan dipertanggung jawabkan kelak diakhirat.
Tak ada gunanya merasa senang dipuji orang, jika hanya pujian itu adalah karena fisik semata. Karena apalah arti “goodlooking” di mata manusia sedang kita justru terlihat “badlooking” dimata Allah.