KABARPANDEGLANG.COM – Limbah organik, merupakan limbah yang bisa dengan mudah diuraikan atau gampang membusuk, limbah organik mengandung unsur karbon. Limbah organik mampu ditemui dalam kehidupan sehari-hari, contohnya kulit buah dan sayur, kotoran manusia dan binatang.
Limbah organik yang dipakai sebagai materi dasar kerajinan dapat dibedakan menjadi dua yakni limbah organik berair dan limbah organik kering. Limbah organik berair yang dapat dijadikan karya kerajinan adalah; kulit jagung, kulit bawang, kulit buah/biji-bijian, jerami dan sebagainya.
Limbah organik kering yang dapat dijadikan bahan kerajinan ontohnya; kertas/kardus, kerang, tempurung kelapa, sisik ikan, kayu, kulit telur, serbuk gergaji, dan sebagainya.
Pengolahan limbah organik memerlukan pengetahuan yang memadai, biar dalam pemanfaatannya tidak menghasilkan limbah gres yang justru semakin menambah permasalahan dalam kehidupan. Paling tidak limbah hasil daur ulang ini dapat dikelola dengan efisien dan efektif agar sampah yang dihasilkan dari proses pemanfaatan ini dapat diminimalisir. Berikut ini adalah prinsipprinsip yang mampu diterapkan dalam pengolahan sampah. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 3R, ialah:
1. Mengurangi (Reduce)
Meminimalisir barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita memakai material, semakin banyak sampah yang dihasilkan
2. Menggunakan kembali (Reuse)
Pilihlah barang-barang yang mampu digunakan kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, lalu buang.
3. Mendaur ulang (Recycle)
Barang-barang yang sudah tidak memiliki kegunaan didaur ulang lagi. Tidak semua barang mampu didaur ulang, tetapi ketika ini sudah banyak industri kecil dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain misalnya kerajinan.
Upaya melaksanakan mendaur ulang limbah (Recycle) menjadi karya kerajinan tangan, berarti sudah dapat mengatasi masalah lingkungan yang mengganggu kehidupan. Selain itu mampu pula dimanfaatkan sebagai wadah penyaluran hobi keterampilan, kreatifitas, dan menumbuhkan jiwa wirausaha
Buatlah sebuah acuan tindakan dalam pengolahan limbah organik, tuliskan pula jenis materi limbah yang sesuai dengan pernyataan deskripsi.
Reduce | Reuse | Recycle |
Membawa kertas dan majalah secukupnya saja sehingga tidak menambah jumlah sampah | Memanfaatkan kertas bekas majalah atau koran untuk membuat barang kerajinan | Mengumpulkan kertas, majalah, dan surat kabar sisa pembuatan kerajinan untuk didaur ulang menjadi bubur kertas untuk kerajinan topeng kertas |
Limbah kulit jagung yang dipakai hanya yang sesuai dengan ukuran rancangan yang akan dibentuk saja | Memanfaatkan rambut jagung untuk menciptakan rambut pada boneka | Mengumpulkan sisa-sisa kulit jagung untuk menciptakan kerajinan kolase |
Limbah batang padi/jerami yang dipakai yang sesuai ukuran kerajinan yang akan dibut | Lem yang digunakan untuk menciptakan kerajinan jerami menggunakn lem yang mampu diisi ulang | Mengumpulkan sisa-sisa pecahan batang padai untuk membuat kerajinan bingkai foto, |
Seharusnya sebuah desain bersifat berkelanjutan (sustainable design), tidak hanya cukup secara ekonomi saja, tetapi harus mengintegrasikan isu-informasi lingkungan, sosial, dan budaya ke dalam produk. Hal ini disebabkan agar desain lebih dapat bertanggung jawab dalam menjawab tantangan global. Begitu juga seorang desainer produk harusmemahami pentingnya pemahaman ini.
Penjelasan hal di atas dikemukaan oleh Victor Papanek dalam bukunya yang berjudul ‘Design for the Real World’ bahwa ada 6 tata kelola desain berkelanjutan(sustainable design) yang tidak berdiri sendiri namun memiliki elemen-elemen lain yang merajutnya, yaitu :
1. Metode (method)
Konsep method diulas dalam 2 pandangan yakni, episteme dan techne. Episteme ialah pengetahuan yang melibatkan daya serap, imajinasi, dan abstraksi. Sedangkan techne yaitu keteknikan atau keterampilan bertukang.
Desain sangat dipengaruhi oleh penguasaan alat, pemahaman terhadap material, dan bagaimana keduanya berinteraksi menjalin kepekaan melalui daya serap, imajinasi dan abstraksi agar mampu terjalin dari proses pembuatan sampai melahirkan produk yang artistik. Hal ini dapat dihasilkan melalui aktivitas yang rutin dan intensif.
2. Asosiasi (association)
Kemampuan menghubungkan antara gagasan dengan kemampuan panca-indra dengan menggunakan gambar, bagan, goresan pena, dan sebagainya.
3. Estetika (aesthetics)
Dalam mendesain perlu memahami estetika/ilmu keindahan yang diwujudkan dalam unsur desain; garis, warna, bentuk, volume, dan tekstur, serta prinsip desain; kesatuan, keseimbangan, point of interest, irama, proporsi dan komposisi. Desain harus dapat memadukan kesemuanyadalam penciptaan karya.
4. Kebutuhan (need)
Karya desain merupakan jawaban dari sebuah kebutuhan. Merumuskan kebutuhan bukanlah sesuatu yang gampang. Desainer harus memiliki kepekaan yang tajam untuk memilah apa yang menjadi kebutuhan konsumen dan kemungkinannya untuk menjadi tren di masanya.
5. Telesis (telesis)
Pemahaman fungsi yang mengubah desain dari sesuatu yang sifatnya personal menjadi lebih komunal. Telesis adalah fungsi desain yang berusaha mewadahi dimensi sosial dan budaya pada kawasan desain tersebut diperlukan dan dipakai.
6. Kegunaan (use)
Merupakan fungsi praktis dari sebuah desain. Dalam mewujudkan fungsi ‘guna’ yang baik tentunya seorang desainer harus mempertimbangkan siapa yang akan menggunakannya (user) dan obyek dari kegunaan desain tersebut. Maka perlu pemahaman wacana ergonomi yakni ilmu ihwal relasi antara manusia, mesin yang digunakan dan lingkungan kerjanya.
Terima kasih telah membaca artikel di website kabarpandeglang.com, semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi kamu dan bisa dijadikan referensi. Artikel ini telah dimuat pada kategori pendididkan https://kabarpandeglang.com/topik/pendidikan/, Jangan lupa share ya jika artikelnya bermanfaat. Salam admin ganteng..!!