KABARPANDEGLANG.COM – Pergerakan nasional yakni bentuk perlawanan bangsa Indonesia terhadap kepada kaum penjajah dengan memakai kekuatan bersenjata, tetapi menggunakan organisasi yang bergerak di bidang sosial, budaya, ekonomi dan politik.
Pada awalnya, berdirinya organisasi-organisasi pergerakan nasional tidak ditujukan untuk perlawanan terhadap kaum penjajah, tetapi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang mengalami penderitaan balasan penjajahan. Pada alhasil organisasi-organisasi ini dipakai untuk mewujudkan kemerdekaan.
Faktor yang menghipnotis pergerakan nasional dan nasionalisme di Indonesia adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain : penderitahan balasan penjajahan, kesatuan Indonesia dibawah Pax Neerlandica memberi jalan kearah kesatuan bangsa.
pembatasan penggunaan atau bahasa Belanda dan penggunaan bahasa Melayu dipopulerkan, dan pergerakan kebangsaan di Indonesia dapat juga disebut sebagai reaksi terhadap semangat kedaerahan.
Sedangkan faktor eksternal antara lain ; wangsit-pandangan baru barat yang masuk lewat pendidikan barat yang modern menggantikan pendidikan tradisionil, kemenangan Jepang atas Rusia pada 1905 mengembalikan iktikad bangsa Indonesia akan kemampuan diri sendiri, pergerakan dan perjuangan bangsa lain menentang penjajahan: India, Turki, Irlandia dan lain-lain.
Garis waktu atau linimasa ialah suatu urutan peristiwa yang dapat dibuat menurut waktu yang panjangnya mampu bervariasi. Dalam garis waktu tersebut, terdapat titik-titik yang mewakili insiden-insiden penting. Lini masa pergerakan nasional di Indonesia sampai dengan dikumandangkannya Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 antara lain sebagai berikut.
A. Masa Pembentukan (1908-1920)
Masa pembentukan yakni kala awal pergerakan nasional yang ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi modern. Masa pembentukan (1908 – 1920) bangkit organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.
- Organisasi Budi Utomo (BU) didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa STOVIA di Batavia dengan Sutomo sebagai ketuanya.
- Pada tahun 1911 berdirilah Sarekat Dagang Islam ( SDI ) di Solo oleh H. Samanhudi, seorang pedagang batik dari Laweyan Solo.
- Indische Partij (IP) didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh Tiga Serangkai, yaitu Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara).
- Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya adalah Islam dan kebangsaan Indonesia, sifatnya nonpolitik.
- Pada tanggal 7 Maret 1915 di Batavia bangkit Trikoro Dharmo oleh R. Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman, dan Sunardi.
B. Masa radikal/Nonkoperasi (1920-1930)
Masa radikal adalah kala dimana muncul organisasi-organisasi politik yang tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Hindia Blanda dalam mewujudkan keinginan organisasinya. Masa radikal/nonkooperasi (1920 – 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
- Benih-benih paham Marxis dibawa masuk ke Indonesia oleh seorang Belanda yang berjulukan H.J.F.M. Sneevliet. Atas dasar Marxisme inilah kemudian pada tanggal 9 Mei 1914 di Semarang, Sneevliet gotong royong dengan J.A. Brandsteder, H.W. Dekker, dan P. Bersgma berhasil mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). Pada tanggal 23 Mei 1923 ISDV diubah menjadi Partai Komunis Hindia dan selanjutnya pada bulan Desember 1920 menjadi Partai Komunis Indonesia. (PKI). Susunan pengurus PKI , antara lain Semaun (ketua), Darsono (wakil ketua), Bersgma (sekretaris), dan Dekker (bendahara).
- Algemene Studie Club di Bandung yang didirikan oleh Ir. Soekarno pada tahun 1925 telah mendorong para pemimpin lainnya untuk mendirikan partai politik, yaitu Partai Nasional Indonesia ( PNI). PNI didirikan di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 oleh 8 pemimpin, ialah dr. Cipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Mr. Sartono, Mr. Iskak, Mr. Sunaryo, Mr. Budiarto, Dr. Samsi, dan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.
C. Masa Krisis Pergerakan (1930-1935)
Pada tahun 1930-1935 abad pergerakan kebangsaan di Indonesia mengalami masa krisis yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
- Pengaruh krisis ekonomi 1929/1930 yang memaksa pemerintah tidak keras untuk menjaga ketertiban dan keamanan
- Pembatasan hak berkumpul dan berserikat.
- Tanpa melalui suatu proses pengadilan Gubernur Jendral dapat menyatakan sesuatu pergerakan atau kegiatannya bertentangan dengan law and order sesuai dengan Koninklijk Besluit tanggal 1 September 1919
- Sebagai akhir kerasnya pemerintah kolonial, banyak pemuka pergerakan nasional yang diasingkan. Antara lain Soekarno, Hatta, dan Syahrir.
Meskipun pada 1935 keadaan ekonomi sudah normal kembali, pemerintah kolonial belum bersedia memulihkan kebebasan-kebebasan politik karena disebabkan bukan saja oleh sifat konservatif pemerintah, tetapi juga karena kegentingan dari luar yang mengganggun ketenangan pemerintah India-Belanda yakni bahaya kuning (perluasan Jepang).
D. Masa Moderat/Kooperasi (1935-1942)
Masa Moderat yaitu kurun dimana muncul organisasi yang bersifat lunak, artinya lunak dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda (bersifat kooperatif). Masa moderat/kooperasi (1930 – 1942), bangun organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga bangkit organisasi keagamaan, organisasi cowok, dan organisasi perempuan.
- Parindra. Permulaannya Parindra dipimpin oleh Dr. Sutomo hingga wafatnya tahun 1938. Kemudian diganti oleh Wuryaningrat. Tokoh Parindra lain yang terkemuka adalah M.H Thamrin dari kaum Betawi. Dasar Parindra yakni nasionalisme Indonesia raya. Tujuannya yakni Indonesia mulia dan tepat.
- Gerindo yang didirikan pada 1937 oleh bekas orang-orang Partindo. Tokoh- tokohnya Sartono, AK Gani, Sanusi Pane, Sipahutar, Moh. Yamin dan sebagainya.
- Gapi bangun pada 1939, dorongan langsung pembentukan Gapi adalah penolakan petisi Sutarjo tahun 1938, padahal petisi itu telah diterima oleh Volksraad. Anggotanya terdiri dari Parindra, Gerindo, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII, PII dan Perhimpunan Politik Kristen Indonesia.
- Pemuda-cowok Indonesia tidak ketinggalan, mereka mendirikan pada mulanya mendirikan perkumpulan-perkumpulan cowok lokal. Adapun tokoh-tokoh konggres cowok yakni Sugondo Joyopuspito (Ketua), Muh. Yamin (Sekretaris), Abuhanafiah, W. R. Supratman, Sukarjo Wiryoranoto, Kuncoro Purbopranoto, M. H. Thamrin.
E. Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Selama masa pendudukan, Jepang juga membentuk persiapan kemerdekaan adalah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-perjuangan Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Badan ini bertugas membentuk persiapan-persiapan pra-kemerdekaan dan menciptakan dasar negara dan digantikan oleh PPKI yang bertugas menyiapkan kemerdekaan.
F. Proklamasi Indonesia (17 Agustus 1945)
Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Tokoh yang merumuskan proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia terdiri dari Tadashi Maeda, Tomegoro Yoshizumi, S. Nishijima, S. Miyoshi, Mohammad Hatta, Soekarno, dan Achmad Soebardjo.
Terima kasih telah membaca artikel di website kabarpandeglang.com, semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi kamu dan bisa dijadikan referensi. Artikel ini telah dimuat pada kategori pendididkan https://kabarpandeglang.com/topik/pendidikan/, Jangan lupa share ya jika artikelnya bermanfaat. Salam admin ganteng..!!