Alfatih Timur: Founder Kitabisa yang Sukses Jadi Sociopreneur

Alfatih Timur: Founder Kitabisa yang Sukses Jadi Sociopreneur

Alfatih Timur: Founder Kitabisa yang Sukses Jadi Sociopreneur – Siapa yang tak mengenal Kitabisa? Platform yang ditujukan untuk melakukan galang dana ini telah menghasilkan segudang kampanye aksi sosial yang tak terhitung jumlahnya. Banyak pihak yang telah tertolong dengan adanya Kitabisa.

Alfatih Timur, figur di balik platform galang dana no. 1 di Indonesia

Berbicara tentang Kitabisa, tidak bisa dipisahkan dengan figur di baliknya. Alfatih Timur yang akrab disapa Timmy merupakan co-founder dan CEO dari Kitabisa.

Kitabisa kini menjadi platform galang dana no. 1 di Indonesia. Masyarakat banyak yang memanfaatkan Kitabisa untuk saling membantu sesama. Total donasi yang telah dihimpun lewat Kitabisa bahkan mencapai ratusan miliar rupiah! Tak hanya sekadar platform galang dana, Kitabisa bahkan dinilai sebagai penggerak ekonomi dan sosial masyarakat.

Sepak terjang Timmy dalam membesarkan Kitabisa telah mengantarkannya menjadi salah satu figur sociopreneur ternama dari Indonesia. Berkat kerja keras dan ketekunannya, Timmy mendapatkan banyak pengharagaan dari lembaga ternama di dalam maupun luar negeri.

Baca Juga :  4 Nasehat Jack Ma untuk Anak Muda yang Menampar

M. Alfatih Timur : Mengubah Ragam Potensi Jadi Karya - youngster.id

Salah satu penghargaan prestisius yang pernah ia raih adalah masuk ke dalam daftar “Forbes 30 Under 30 Social Entrepreneurs” pada tahun 2016 silam. Keren sekali, bukan?

Wah wah, luar biasaSimak kisah perjuangannya dalam membangun platform Kitabisa, berikut ini.

Kitabisa: salah satu pelopor situs crowdfunding di Indonesia

Banyak situs crowdfunding atau penggalangan dana yang berkembang di luar negeri. Dengan sistem tersebut, kita dapat melakukan penggalangan dana dari beberapa individu untuk membiayai sesuatu, misalnya usaha atau proyek.

Sedangkan di Indonesia, sistem crowdfunding masih jarang ditemui. Padahal, crowdfunding dapat dimanfaatkan untuk membantu masyarakat. Banyak masyarakat yang tertimpa persoalan, misalnya menderita sakit keras dan terkena musibah. Penggalangan dana dapat membantu mereka yang membutuhkan.

Peluang tersebut yang disadari oleh Timmy. Kala itu, Timmy sedang melakukan riset terhadap situs-situs penggalangan dana yang ada di berbagai belahan dunia. Ia pun terinspirasi untuk mengembangkan hal yang serupa di Indonesia.

Ia juga sangat ingin untuk bisa membantu banyak orang. Pada tahun 2013, Timmy mulai membangun Kitabisa. Timmy kemudian dibantu co-founder, Vikra Ijas. Bersama, mereka pun mantap untuk fokus mengembangkan Kitabisa.

Baca Juga :  5 Buku Startup Ini Bisa Memandumu Membangun Startup Unicorn

Merintis karir sebagai sociopreneur itu tidak mudah!

Sociopreneur bukan sekadar entrepreneur. Para sociopreneur mengembangkan berbagai usaha yang dapat menimbulkan dampak terhadap masyarakat, terutama untuk membantu sesama atau menyelematkan lingkungan. Dari Timmy kita dapat belajar, bahwa menjadi sociopreneur butuh jerih payah ekstra.

Sewajarnya proses dalam berbisnis, pria kelahiran Bukittinggi, tepatnya pada 27 Desember 1991 silam ini juga menempuh lika-liku dalam menjalankan Kitabisa. Pada awal didirikan, Timmy sempat mengalami kesulitan untuk meyakinkan para investor.

Kewirausahaan berbasis sosial sering dilirik sebagai proyek sesaat belaka. Kitabisa yang pada awalnya hanya berbentuk website juga perlu bersaing dengan berbagai platform besar kala itu, rata-rata platform e-commerce.

Kendala lainnya yang dihadapi Timmy adalah menghimpun kepercayaan masyarakat. Sistem crowdfunding masih dianggap asing kala itu. Perlu usaha keras untuk meyakinkan masyarakat bahwa Kitabisa merupakan wadah yang aman dan terpercaya untuk berdonasi.

Baca Juga :  Yang Berulang Kali Dikhianati, Semoga Allah Memberimu Ganti Seseorang yang Tulus Tanpa Tapi

Rupaya, usaha keras Timmy dan rekan-rekan di Kitabisa berbuah manis. Kitabisa telah berkembang sangat pesat. Kini, Kitabisa dinobatkan menjadi situs galang dana no. 1 di Indonesia. Banyak masyarakat yang telah percaya menggunakan Kitabisa, termasuk para public figure.

Tak terhitung pula pihak yang merasakan manfaat dari Kitabisa. Pada saat pandemi seperti ini, kita juga bisa melihat banyak aksi solidaritas untuk membantu warga terdampak pandemi dan tenaga medis di Kitabisa.

Selain itu, sebagai sociopreneur, Timmy juga harus putar otak untuk membuat usaha yang sustainable alias berkelanjutan. Agar Kitabisa dapat senantiasa beroperasi, pihaknya memberlakukan biaya administrasi sebesar 5% dari total dana yang terkumpul untuk setiap donasi. Namun untuk donasi bencana alam dan layanan zakat, Kitabisa tidak menerapkan aturan tersebut.

Wah, ternyata banyak sekali inspirasi yang bisa kita dapatkan dari Timmy dan Kitabisa, ya! Barangkali, Anda pun berminat jadi sociopreneur juga?

Jangan lewatkan berbagai kisah inspiratif para entrepreneur hanya disini, media belajar bisnis nomer satu. Selamat berbisnis, salam sukses!