Berbaik Sangka Simpati Dan Toleran

KABARPANDEGLANG.COM – Husnuzzan atau berbaik sangka, baik kepada sesama insan, terutama kepada Allah Swt. yang telah membuat kita. Misalnya jika kita mendapat ujian hidup, kita harus berprasangka baik terhadap Allah Swt..

Prasangka (negatif) itu dosa; misalnya mencari-cari kesalahan orang lain dan bergunjing sebab bergunjing diibaratkan mirip kita memakan daging saudaranya yang sudah mati.

Simpati yakni ikut mencicipi orang lain sehingga bisa mencicipi apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain.  Sedangkan toleransi adalah perilaku saling menghormati dan saling bekerja sama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, maupun agama. Hidup rukun berarti hidup hening dan oke terhadap keberadaan.

A. Berbaik Sangka

Berbaik sangka yakni menduga yang baik terhadap sesuatu. Seorang siswa harus selalu berbaik sangka atau berpikir kasatmata terhadap orang renta, guru atau sahabat. Berpikir faktual yakni sikap terpuji. Lawan kata berbaik sangka adalah berburuk sangka atau prasangka. Allah Swt. di dalam Q.S. al-Hujurat/49:12 berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

(yaa ayyuhaa alladziina aamanuu ijtanibuu katsiiran mina alzhzhanni inna ba’dha alzhzhanni itsmun walaa tajassasuu walaa yaghtab ba’dhukum ba’dhan ayuhibbu ahadukum an ya/kula lahma akhiihi maytan fakarihtumuuhu waittaquu allaaha inna allaaha tawwaabun rahiimun)

Artinya:
”Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka, sebenarnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kau yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, bantu-membantu Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.”

Baca Juga :  Soal Penilaian Tema 1 Subtema 1: Tanaman Sumber Kehidupan

Ayat tersebut di atas didukung pula oleh hadis Rasulullah saw. berikut ini.

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ…

”. . . Hati-hati kalian dari prasangka buruk alasannya §an/prasangka jelek itu yakni sedusta-dusta
ucapan. Dan janganlah kalian memata-matai.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim)

Kita seharusnya tidak menjelek-jelekkan sahabat kita yang ada di sekolah atau di lingkungan rumah. Pikiran kita hendaknya tidak dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang negatif. Sebaliknya, kita berpikir aktual, jernih dan mendoakan kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain.

Contoh Berbaik Sangka

Cermati pola-acuan perilaku berbaik sangka berikut ini.

  1. Tanpa curiga, Ahmad meminjamkan uang jajannya kepada Karim untuk membeli buku.
  2. Kamila menerima peraturan orang tuanya untuk bangkit pagi agar bisa salat subuh berjamaah dan membersihkan kawasan tidur sendiri.
  3. Husein mendapatkan peraturan orang tuanya untuk mengaji pada sore hari, walaupun mengurangi waktu bermainnya.
  4. Karlina mendapatkan aturan orang tuanya untuk mengikuti belajar khusus mengaji di rumah, walaupun beliau tidak keluar rumah setelah pulang sekolah.
  5. Herman memahami sahabatnya Zakaria yang tidak ikut piknik ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) alasannya ternyata Zakaria harus mengikuti ujian renang.

Buruk sangka merupakan kebalikan dari berbaik sangka. Buruk sangka/suudzon adalah sikap seseorang yang berprasangka jelek terhadap orang lain, suatu peristiwa, suatu persoalan ataupun suatu keadaan. Berikut ini beberapa contoh sikap berburuk sangka.

  1. Mencurigai sahabat mencontek ketika mereka memperoleh nilai lebih baik.
  2. Tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri.
  3. Menuduh lawan melakukan kecurangan ketika kalah dalam suatu pertandingan olah raga.
  4. Menganggap orang bau tanah tidak adil ketika adik dibelikan tas gres.
  5. Mengatakan Sok Alim ketika melihat teman rajin shalat di Masjid.

B. Simpati

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata simpati berarti: rasa kasih, rasa setuju (kepada), dan rasa suka. Secara umum, kata simpati dapat diartikan sebagai perasaan kebersamaan secara sosial hingga seseorang dapat mencicipi perasaan orang lain, (biasanya suatu perasan murung) dalam dirinya sendiri.

Baca Juga :  Acuan Sikap Umum Masyarakat

Contohnya ketika kita mengetahui orang lain menerima bencana alam, mirip orang tuanya meninggal dunia, kita mampu mencicipi kesedihan yang sama.

Contoh Simpati

Cermati teladan-pola simpati berikut ini.

  1. Mendengarkan curahan hati sahabat sampai tamat.
  2. Memposisikan diri kita dalam posisi orang lain yang kesusahan atau besar hati.
  3. Jangan menyuruh orang lain melakukan sesuatu yang kita sendiri malas atau tidak melakukannya.
  4. Beri agresi nyata dengan menanyakan apa yang mampu kita lakukan untuk membantu. Jika tidak mampu menunjukkan apa yang diminta, cari alternatif lain atau menanyakan apakah ada orang lain yang juga bisa ikut membantu.
  5. Membantu sobat memecahkan dilema dalam pembelajaran. Misalkan sobat sebangku kesulitan memahami pelajaran matematika.

C. Bersikap Toleran

Toleransi yaitu perilaku saling menghormati dan saling bekerja sama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda, baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama.

 Misalnya jika kita mendapat ujian hidup Berbaik Sangka Simpati dan Toleran
Contoh Toleransi

Cermati contoh-pola perilaku toleran berikut ini.

  1. Kita menghormati pendapat sahabat yang berbeda dengan pendapat kita.
  2. Kita tidak menciptakan kegaduhan di masjid dikala orang-orang sedang melaksanakan ibadah salat.
  3. Kita tidak memasang petasan yang memekakkan telinga alasannya adalah mampu saja di sekitar kita ada bayi atau orang sakit.
  4. Kita tidak menciptakan keributan di kelas dikala guru sedang menjelaskan karena teman-sobat lainnya butuh ketenangan untuk mencar ilmu.
  5. Kita tidak hidupkan radio, VCD atau televisi keras-keras sehingga mengganggu tetangga.
  6. Kita tidak main gitar atau bedug di ketika para tetangga sedang istirahat.
  7. Kita tidak mengejek kawan yang berbeda suku dan agamanya.

D. Hidup Rukun

Kata rukun berarti baik dan hening; tidak bertengkar, hidup rukun artinya hidup tenang dan tidak bertengkar. Hidup rukun sangat dianjurkan oleh agama karena manusia diciptakan oleh Allah Swt. bersuku bangsa yang berbeda yang menimbulkan budayanya pun berbeda.

Kita diajarkan untuk saling rukun karena dalam pandangan Allah Swt., hanya orang bertaqwa yang membedakan satu dengan yang lainnya. Seperti peringatan Allah Swt. di dalam Q.S. al-Hujurat/49:13 berikut ini:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

(yaa ayyuhaa alnnaasu innaa khalaqnaakum min dzakarin wauntsaa waja’alnaakum syu’uuban waqabaa-ila lita’aarafuu inna akramakum ‘inda allaahi atqaakum inna allaaha ‘aliimun khabiirun)

Baca Juga :  Merancang Kemasan Produk Batik

Artinya:

”Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kau dari seorang laki-laki dan seorang wanita, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku semoga kau saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kau di sisi Allah Swt. ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”

Allah Swt. membuat insan berpasang-pasangan dan bersuku bangsa. Orang yang paling mulia di sisi Allah Swt. ialah orang yang paling bertaqwa. Kita hidup di dunia ini tidak sendiri dan selalu membutuhkan santunan dari orang lain.

Contoh Hidup Rukun

Cermati pola-contoh perbuatan yang menjadikan hidup rukun berikut ini.

  1. Setiap akan berbicara atau melaksanakan aktivitas, harus diperhitungkan baik dan buruknya.
  2. Menghargai orang lain; orang renta, orang yang lebih renta, kakak-adik, teman yang beragama lain, sobat yang berasal dari kawasan lain.
  3. Berbicara yang baik, tidak dengan kata-kata yang agresif, yang menciptakan orang lain marah atau sakit hati.
  4. Dalam bertindak, mengutamakan kepentingan orang banyak daripada kepentingan eksklusif. Atau, dalam bertindak, tidak egois yang selalu mementingkan diri sendiri.
  5. Saling membantu satu sama lain dalam proses mencar ilmu dan bersaing secara sehat di kelas.

Terima kasih telah membaca artikel di website kabarpandeglang.com, semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi kamu dan bisa dijadikan referensi. Artikel ini telah dimuat pada kategori pendididkan https://kabarpandeglang.com/topik/pendidikan/, Jangan lupa share ya jika artikelnya bermanfaat. Salam admin ganteng..!!