Islam memfasilitasi kita sebagai umat manusia agar dapat menikmati hidup ini dengan tenang, damai dan tanpa beban. Menikmati hidup dengan selalu tersenyum, ringan dalam melangkah, serta memandang dunia dengan berseri-seri.
Inilah implementasi dari ajaran Islam yang memang dirancang untuk selalu memudahkan dan menjadi rahmat bagi sekalian alam. Untuk mewujudkan hidup yang selalu tersenyum, ringan dan tanpa beban tersebut; Islam memberikan beberapa tuntunan. Yaitu di antaranya: menjaga keseimbangan, selalu berbaik sangka (husnuddzan), juga dengan berpikir positif.
Secara naluriah, setiap manusia pasti merindukan perubahan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupannya. Baik secara individu, maupun sosial untuk membangun jiwa serta pikiran yang bersih. Terutama dalam menyikapi kehidupan yang penuh tantangan di era globalisasi saat ini.
Banyak langkah yang ditempuh untuk membangun jiwa menuju pola pikir yang positif dan pikiran yang bersih berdasarkan hati nurani yang fitrah. Dimulai dengan mengubah paradigma dan meluluskan tekad dan niat yang tulus untuk meraih perubahan. Tidak berpikiran statis (jumud), tak angkuh, aniaya, egoisme, teguh dalam prinsip, tidak berprasangka buruk pada orang lain.
Jangan Menghakimi Dengan Hanya Melihat Sekilas Karena Terkadang Mata Salah Melihat
Jangan pernah kamu menghakimi seseorang dengan hanya melihat sekilas dengan pandangan mata, sebab mata terkadang salah dalam melihat. Dan jika hal tersebut kita biasa lakukan, maka hidup yang kita miliki akan selalu memandang sebelah mata kehidupan orang lain. Kita akan hidup dengan terus menerus dengan perasaan yang tidak akan bahagia dengan tanpa henti mengusik kehidupan orang lain.
Jangan Menghakimi Dengan Hanya Mendengar Sekilas Karena Terkadang Telinga Salah Mendengar
Jangan menghakimi orang lain dengan hanya mendengar sekilas cerita yaang didengar, karena terkadang telinga salah mendengar. Dan saat itu terjadi bisa jadi kita akan terlibat kedalam fitnah yang tanpa sadar kita lakukan, jangan sok tahu hanya dengan mmengiyakan cerita yang didengar secuil, agar kita tidak disebut dengan wanita tukang sebar fitnah atau bahasa kerennya sekarang tukang gosip.
Jangan Menghakimi Dengan Hanya Menafsir Sesaat Karena Terkadang Akal Salah Dalam Menafsir
Jangan mengahkimi orang lain dengan hanya menafsir sesaat dengan pikiran sendiri, karena terkadang akal salah dalam menafsir. Karena presepsi orang berbeda, maka jangan sampai kita berbuat egois dengan membuat argumentasi hanya dengan pikiran kita sepihak. Karena jika kita biasa melakukan hal itu, kita akan terus menerus berjalan sesuka hati dengan angkuh dalam menilai kehidupan orang lain.
Jangan Mengahkimi Dengan Hanya Menilai Dengan Hati Sekilas Karena Terkadang Hati Salah Menilai
Jangan menghakimi orang dengan hanya menilai lewat hati sekilas, karena terkadang hati salah dalam menilai. Bergeraknya hati akadang terjadi saat pikiran kita bekerja keras untuk selalu mendorongnya pada keegoan kita, meski ada peribahasa yang mengatakan bahwa hati akan selalu berkata jujur, tapi bukan berarti kita harus seenaknya menghakimi orang lain dengan keadaan hati yang kita rasakan.
Karena bisa jadi hati kita dalam keadaan kotor, dan tidak menutup kemungkinan bahwa sesuatu yang dihasilkan hati juga akan berdampak buruk, seperti halnya kita menganggap orang lain bersalah sebab rasa bencinya kita padanya.
Sebelum Memberi Komentar Orang Lain Hendaknya Kamu Berfikikir Terlebih Dahulu, Sudah Baikkah Dirimu
Maka dari itu untuk selalu mendapatkan hidup yang damai dan tentram, biasakanlah untuk mendidik hati dengan selalu berprasangka baik kepada orang lain dan tidak bersifat egois. Dan hal itu tercipta saat kita mampu tidak memberi komentar sembarangan pada orang lain dengan hanya berpatokan pada diri kita sendiri.
Maka senantiasalah berfikir terlebih dahulu sebelum berkomentar akan kehidupan orang lain, tanyakan pada nurani kita terlebih dahulu, apakah kita sudah lebih baik darinya atau malah sebaliknya. Sebab Allah memperlihatkan keburukan orang lain kepada kita, itu artinya kta harus mempelajarinya agar tidak terjerumus dengan hal yang demikian, bukan malah senagaja menyebarkannya dengan berlaku egois dalam memvonisnya.