Sejak pertama memilihmu, aku tak pernah menyimpan ragu. Perlahan tetapi pasti, aku meyakini bahwa kamu adalah yang terbaik, yang Tuhan berikan padaku. Setelah menunggu sekian lama, setelah banyaknya luka yang hadir begitu saja. Lagi pula, tak ada manusia yang benar-benar sempurna. Jadi, berusaha menerima kekurangan masing-masing dari kita adalah apa yang mampu kita lakukan bersama.
Doa Ku Cuma Satu, Semoga Kita Menua Bersama , Bahagia Menyaksikan Anak Kita Tumbuh Dewasa, Sampai Maut Memisahkan Kita Berdua
Menyatukan dua manusia memang tak pernah mudah membalikkan telapak tangan. Kita yang berbeda latar belakang. Kita yang berbeda pemikiran. Kita yang berbeda memandang kehidupan kadangkala membuat kita pada posisi dimana kita ingin berhenti. Tak lagi melanjutkan apa yang telah kita perjuangkan hingga kini. Lalu, sebelum semua hal itu terjadi, kita memilih untuk terdiam. Tak membiarkan ego memakan apa yang telah kita usahakan. Berbincang, meredakan apa yang telah membuat kita menjadi bersitegang. Perjalanan kita sejauh ini, memang tak pernah terasa mudah, sayang.
Komitmenlah yang membuat kita bersama hingga sekarang. Lagipula apalagi? Karena jika hanya perkara fisik belaka, di luaran sana akan sangat banyak alasan untuk membuat kita memilih berpisah saja. Komitmen pula, yang membawa kita unutk tak pernah lelah berusaha mengenal satu dengan lainnya. Berbagi, hingga pada satu titik, kita semakin tahu bahwa seseorang yang berada disamping kita adalah apa yang kita butuhkan, yang hadir dalam banyaknya kekurangan, pun dengan kelebihan yang membuat kita saling melengkapi satu dengan lainnya.
Lalu, pada setiap perjalanan kita. Aku tak pernah luput mendoakan. Karena memintamu kepada Tuhan adalah apa yang perlu ku lakukan. Kamu adalah milik-Nya. Yang menciptamu dengan kasih dan penuh cinta. Tuhan tahu rasaku kepadamu seperti apa. Tetapi, aku ingin segalanya terasa lengkap, perkara berdoa dan berusaha segalanya harus tetap dilakukan bersama-sama. Karena kamu, adalah apa yang tengah kuusahakan. Seseorang yang ingin selalu ku jadikan rumah, yang ingin ku bahagiakan, yang ingin kutemani meraih segala mimpi yang tengah kita perjuangkan. Hingga usia senja datang.
Adalah takdir Tuhan yang tak pernah mampu kita perdebatkan pada akhirnya. Karena segalanya berakhir kepadaNya. Segala do’a dan usaha yang telah lama aku usahakan untuk mampu bersamamu hingga tua. Saling menjadi rumah, yang menggenggam erat dan menguatkan bersama. Tetapi, sebelum takdir Tuhan menyapa, aku akan tetap berusaha. Menjadi yang terbaik, menjadi apa yang kamu butuhkan, mencintaimu dengan cara yang mengagumkan. Walau mungkin saja, luka masalalumu aku tak pernah mampu sembuhkan segalanya. Tetapi, perlahan-lahan semoga luka itu tertutup dengan banyaknya cerita mengagumkan yang kita jalani bersama. Hingga kita tak lagi sama-sama terpuruk pada luka masa lalu yang mengerikan.
Aku ingin kamu tahu, jika takdir Tuhan berkata lain, satu hal yang tak pernah ku sesali adalah pernah mencintaimu sehebat ini. Karena rasa kita pernah membawaku pada titik dimana aku mampu terbangun disaat segala sendi kakiku bahkan tak lagi mampu menopang diriku sendiri. Pernah mencintaimu, membuatku memiliki seseorang pendengar terbaik dalam semua cerita yang aku alami. Entah ia hanya hal sepele, atau hal berat. Dan mencintaimu, membuatku memiliki rumah untuk berpulang. Karena perasaan cinta itu pula, cerita hidupku menjadi begitu berwarna.
Terima kasih karena hadirmu dalam hidupku. Menerimaku sebaik ini hingga kita mampu. Lalu, biarlah tangan Tuhan dan semesta yang menjadi penentu akan rasa kita bersama.