Miris… Perempuan bersuami perokok umumnya tidak tahu tengah menghadapi risiko kanker Paru-paru. Lebih mirisnya lagi, suami tidak sadar bahwa rokok yang dia hisap begitu berbahaya bagi istri dan keluarga. Bukan tanpa sebab, begini penjelasan Dokter Paru! Istri dengan suami perokok otomatis menjadi perokok pasif karena ikut menghirup asap dan paparan polutan lainnya. Paparan asap rokok dalam waktu lama berisiko memicu serangan kanker pada istri dan orang terdekat di lingkungannya. Hal tersebut diperburuk dengan lingkungan yang dipenuhi udara berpolusi.
“Faktor risiko terkena kanker paru pada perempuan dengan suami perokok memang lebih besar, meski belum ada angka tepatnya. Risiko ini lebih besar karena mereka hidup bersama dan menghirup udara yang sama,” kata dokter ahli paru Jamal Zaini dari RSUP Persahabatan, Rabu (10/10/2018) seperti dilansir dari health.detik.com.
Perempuan bersuami perokok umumnya tidak tahu tengah menghadapi risiko yang sama. Bahan pencetus kanker dari rokok bahkan juga menempel di seluruh perlengkapan rumah tangga. Materi karsinogen ini bersiko terhirup perempuan saat suaminya sedang tidak merokok. Materi karsinogenik tersebut merusak paru dengan perlahan, hingga tubuh tak bisa lagi memperbaikinya.
Lantas apa solusinya? Solusi utama adalah suami segera berhenti merokok. Kondisi ini bisa diperbaiki apabila suami segera berhenti merokok. Upaya preventif lain adalah menjaga pola makan, olahraga, serta berada sejauh mungkin dari rokok. Oleh karena itu. Jika suami masih sayang sama diri sendiri, sayang sama istri dan juga keluarga, maka berhentilah merokok. (Sumber: wajibbaca)
Dampak Rokok Lebih Berbahaya Bagi Perokok Pasif Ketimbang Orang Yang Tidak Terpapar
Bahaya merokok pada perokok pasif selama ini memang sudah banyak diketahui. Namun, ini seakan membuat para perokok aktif untuk mengurangi kebiasaan tersebut. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rumah Sakit Persahabatan yang dilakukan di Jakarta Timur tahun 2014 menemukan, kadar karbon dioksida atau CO2 dari beberapa ibu rumah tangga yang tidak merokok, angkanya mencapai dua kali lipat dibandingkan mereka yang benar-benar tidak terpapar.
Dalam temu media di gedung Kementerian Kesehatan pada Selasa (28/5/2019), dokter Agus Dwi Susanto, spesialis paru dan ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia juga memaparkan bahwa kadar nikotin dalam urine pada perokok pasif berkali-kali lipat lebih tinggi ketimbang mereka yang tidak terpapar.
Dalam studi yang dilakukan di 2014, ibu rumah tangga yang merupakan perokok pasif memiliki kadar nikotin dalam urine 44,458 ng/ml dibandingkan dengan yang tidak terpapar yaitu hanya 11,429 ng/ml. Sementara, pada anak-anak mencapai 45,29 ng/ml dibandingkan anak yang tidak terpapar sebesar 9,98 ng/ml.
“Artinya, seorang perokok aktif di rumah memberikan bahaya. Nikotinnya terhirup juga oleh orang-orang di sekitarnya. Baik istrinya, empat kali lipat kandungannya dan pada anak-anak mencapai lima kali lipat,” kata Agus menjelaskan.
Dalam jangka panjang, mereka yang hanya terpapar rokok juga rentan penyakit. Agus mengatakan, ada beberapa efek negatif yang lebih terlihat pada perokok pasif.
“Nikotin dampaknya lebih banyak ke kardiovaskuler, dampaknya pada jantung dan pembuluh darah, juga risiko stroke. Itu yang biasanya terkena pada perokok pasif,” ujar Agus. Beberapa efek berbahaya lain sebagai seorang perokok pasif salah satunya juga penurunan fungsi paru. Dampaknya bahkan sama dengan mereka yang memiliki kebiasaan merokok aktif.
Agus mengatakan, penurunan fungsi paru pada perokok aktif terjadi lebih cepat ketimbang mereka yang tidak merokok. Padahal, hal itu sudah terjadi secara alamiah seiring berjalannya usia. Selain itu, beberapa risiko lain adalah kanker paru juga bisa terjadi pada perokok pasif. Angkanya mencapai dua sampai tiga kali lebih besar daripada mereka yang tidak merokok. (sumber: liputan6)