KABARPANDEGLANG.COM -Dewasa ini persoalan seorang pemimpin selalu menjadi bahan perbincangan yang hangat karena seorang pemipin ialah sang penggerak roda pemerintahan dibawahnya rakyat bisa mengalami kesejahteraan atau bahkan keterpurukan. Maka Seorang pemimpin adalah kunci dari semua itu, mulai dari kebijakannya dalam ekonomi, fiskal, moneter, maupun bidang lain.
topik hangat ini tak pernah surut tentang pemilihan presiden 2019 dalam kehidupan nyata ini, karena rakyat hanya ingin merasakan kesejahteraan yang mereka impikan, tentang harga bahan pokok yang sewajarnya fasilitas public yang terpenuhi hingga pajak yang tak membebankannya hingga bahkan kesejahteraan khusus bagi rakyat yang kurang mampu, dengan tanpanya dikriminasi, marjinalitas, hingga kesejahteeraan tanpa memandang unsur SARA.
Seorang pemimpin itu layaknya menjadi wajah dari yang dipimpinnya selalu Menjadi gambaran atauiconis, pemimpin bukan hanya saja mampu memberikan Contoh yang baik atau sering kita sebutus watun hasanah kepada rakyatnya,akan tetapi Seorang pemipin juga perlu memberikan kontribusi yang besar untuk kemaslahatan umatnya. Mengapa perlu? Karena jika seorang pemimpin tak memberikan kontribusinya hanya memberikan contoh yang baik maka mau dibawa kemana rakyat ini.
Karena rakyat juga membutuhkan kebahagiaanya yang kita sebut kesejahteraan rakyat oleh pemimpin yang memimpinya. Rakyat juga layaknya ekor hanya mengikuti kepala atau tanduknya, sedangkan seorang pemimpin adalah tanduk dari badan yang mereka bawa.Sebagai tanduk seorang pemimpin harus bisa membawanya agar badan dan ekorini tidak terperosok.
Pemimpin adalah tugas yang amat beratkarena seorang pemimpin sebenarnya sudah difasilitasi mulai SDM maupun SDAnya.dan tugas pemimpin adalah mau bagaimana caranya membawa dan mengatur semua itu.tentang bagaimana cara mengolah sumber daya alam yang berlimpah dengan baik hingga bahkan memilih dan menempatkan sumber daya manusia untuk ikut membantu dalam kepemimpinannya.
Karena kita mempunyai sumber daya alam yang berlimpah namun terkadang permaslahan kita adalah sulit dalam mengelolahnya atau bahkan tidak bisa mengelolahnya sendiri. Maka sosok seorang pemimpin yang berpengaruh yang mempunyai kebijakancerda sangat memegang perannya.
Jika kita berbicara pemimpin yang cerdas dalam kebijkan, seorang tokoh disini bisa kita jadikan panutan dalam ibrah kepemimpinannya, sultan pertama sekaligus pendiri kesultanan Banten ialah Sultan Maulana Hasanudin yang sangat berpengaruh dalam memimpin kesultanan Banten ini,namanya sangat didengung-dengungkan jika berbicara tentang kepemimpinannya karena cerdasnya beliau dalam menerapkan kebijakan-kebijakan yang adadi kesultanan Banten ini. Seorang sultan yang takotoriter.
Namun selalu mementingkan kesejahteraan rakyat.
Kota Banten Girang, menurut Babad Banten, dibawah kepemimpinan Sultan Maulana Hasanudin putra sunan gunung djati atau SyechSyarief Hidayatulah. Banten Girang jatuh antara tahun 1526 oleh Maulana Hasanudin yang pada saat itu Banten Girang dipimpin oleh Prabu pucukumun yang pada saat itu Banten girang masih dibawah pengaruh kerajaan sunda Padjajaran yang masih menganut sundawiwitan.
Setelah itu Banten Girang ditinggalkan dan pusat kerajaan dipindahkan ke Suroowan, dekat teluk Banten. Letak ibukota Surosowan di Teluk Banten sangat strategis untuk pertumbuhan dan perkembangan, bahkan memuncaknya masa kejayaan kesultanan Banten. Atas petunjuk Syarief Hidayatullah (Sunan Gunung Djati), Maulana Hasanudin membuat keratin, masjid, alun-alun, pasar, dan kelengkapan lainnya bagi suatu kota ditepat yang baru, sejak saat itulah kesultanan Banten berdiri, dengan sultan Maulana Hasanudin sebagai sultannya.
Kesultanan Banten memiliki wilayah yang sangat strategis yaitu dianatara jalur lalu lintas perdagangan pesisir barat pulau sumatera dan pesisir pulau rempah-rempah Maluku. Peran perdagangan di Banten makin besar saat Malaka saat itu dikuasai oleh Portugis pada tahun 1511M.
Sikap dan tingkah laku Portugis di Malaka yang memaksa untuk memonopoli perdagangan dan bahkan cenderung selalu memusuhi pedagang-pedagang tuk memonopoli perdagangan dan bahkan cenderung selalu memusuhi pedagang-pedagang yang Beragama Islam yang pada akhirnya menimbulkan rasa benci dan permusuhan. Padahal kenyataannya pada umumnya pedagang Asia Tenggara beragama Islam.
Karena sikap-sikap portugis yang semena-mena itu, maka Para pedagang Muslim enggan berlabuh di Bandar Malaka. Bahkan banyak sekali pedagang Muslim yang awalnya di Malaka pindah ke Aceh, Banten, Cirebon, dan Demak. Sikap Angkuh bangsa Portugis ini akhirnya menimbulkan kapal-kapal pedagang bangsa Arab, Parsi, India, Cina, dan bangsa lainnya enggan melewati selat Malaka. Keadaan dan situasi tersebut mendoorong para pedagang dari arab,India, Parsi,Cina maupun lainnya untuk berpindah jalur.
Walaupun melalui jalur yang sulit, dapat berhubungan langsung dengan pelabuhan-pelabuhan dikepulauan Nusantara melalui Selat Sunda. Hal ini menyebabkan jalur pelayaan niaga beralih dari Selat Malaka menuju Selat Sunda. Para pedagang dari luar Nusantara tidak singgah terlebih dahulu di Selat Malaka, tetapi menyusuri pantai utara Sumetara terus membelok ke Aceh Barat, Barus, Singkel, Padang, Pariaman, dan Salinda kemudian terus berlayar hingga singgah dipelabuahan Banten. Dari pelabuhan inilah barang-barang perniagaan yang nantinya didistribusikan.
Dengan perubahan jalur laut Asia Tenggara ini, kedudukan pelabuhan Banten
Sangat begitu penting. Sehingga menjadi ramai dikunjungi oleh pedagng-pedagang asing dari kepulauan Nusantara. Hal ini tentunya mendongkrak perekonomian Banten pada saat itu. Saat Sultan Maulana Hasanudin berhasil menguasi Banten yang telah menjadi lalu lintas perdagangan internasional, tentunya menjadi modal yang baik bagi
Sultan Maualan Hasanudin untuk membangun ekonomi Banten yang lebih maju. Pelabuhan Banten yang pada masa Pajajaran hanya menjadi pelabuhan kedua setelah pelabuhan Sunda Kelapa, kini pada masa Sultan Maulana hasanudin telah berubah menjadi persingghan anatara pedagang dari Arab, India, Parsi, Cina dengan Negara-negara di Nusantara.
Namun diperlukan strategi kebijakan ekonomi yang baik dan efektif didalam memanfaatkan keadaan Banten yang tengah maju kala itu.Sultan Maulana Hasanudin, dalam usahanya membangun dan mengembangkan kota Banten, lebih menitik-beratkan pada pengembangan dissector perdagangan, disamping itu memperluas daerah pertanian dan perkebunan. Beliau berusaha mendorong peningkatan pendapatan rakyatnya melalui pertumbuhan pasar yang cepat.
Adapun kebijakan yang dilakukan oleh sultan Maulana hasanudin dalam membangun perekonomian Kesultanan banten terdiri dari tiga macam, yaitu kebijakan pertanian, moneter dan fiskal. Dalam kebijakan Pertanian beliau mewajibkan rakyat banten untuk menanam lada. Hal ini disebabkan lada merupakaan komoditi utama dalam perdagangan dikesultanan Banten. Selain itu dari hasl penjualan remph berupa lada ini. Merupakan salah satu devisa terbesar dari kesultanan Banten. kebijakan moneter yang dilakukan oleh Sultan Maulana Hasanudin adalah mencetak mata uang, adapun mata uang ini terbuat dari bahan tembaga, timah hitam, dan perunggu.
Mata uang tersebut dinamakan Real Banten digunakan bersama dengan mata uang asing lainnya, mata uang asing yang digunakan pada saat itu adalah cash cina (caxa). Adapun alasannya dikeluarkannya kebijakan ini adalah untuk memudahkan transaksi pembayaran juga sebagai legitiasi kekuasaan. Kebijakan fiscal yang dilakukan oleh Sultan Maulana Hasanudin adalah menerapkan pajak dan menenutkan secara pasti perpajakan. Hal ini disebabkan untuk menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran kesultanan Banten
Sungguh maju Kesultana Banten pada masa itu yang pelabuhan menjadi tempat persinggahan para pedagang dan menjadi pasar regional maupun internasional ditunjang juga dengan kebijkan-kebijakan ekonomi yang cerdas yang dilakukan oleh sultan Maulana hasanudin pada saat itu hal ini perlu kita tiru dan terapkan tentang pemikiran kebijakan cerdas beliau. /Nursujati (Mahasiswi UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten)