Kisah Sukses Pendiri Linked In, Reid Hoffman Yang Pantang Menyerah

Kisah Sukses Pendiri Linked In, Reid Hoffman Yang Pantang Menyerah

Kisah Sukses Pendiri Linked In, Reid Hoffman Yang Pantang Menyerah – Ada pepatah bijak mengatakan: bukan apa yang kamu kenal, tetapi siapa yang kamu kenal. LinkedIn dibuat untuk membuat hal ini menjadi nyata dalam dunia online.

Reid Hoffman menciptakan LinkedIn bertujuan membantu para profesional terhubung dengan satu sama lain. Didirikan pada tahun 2003 dibangun dari kehancuran dot-com, bisnis ini justru malah selamat dari iklim ekonomi yang sulit dan menjadi perusahaan yang menguntungkan di tahun keempat setelah peluncuran.

Pendiri LinkedIn adalah Reid Hoffman, tumbuh dan besar di California. Selama masa kecilnya, ia tidak pernah dibiarkan oleh ayahnya untuk memiliki sebuah komputer karena ayahnya berpikir bahwa hal itu tidak berhubungan dengan kehidupan. Reid baru memiliki sebuah komputer dimana ia mempelajari kecerdasan buatan dan ilmu kognitif saat kuliah.

Reid yang idealis selalu berencana untuk bekerja bagi dirinya sendiri suatu hari nanti. Namun, ia mengikuti saran dari dua kapitalis ventura supaya Reid mencari sebuah pekerjaan di perusahaan teknologi terkemuka untuk mendapatkan pengalaman memproduksi dan menjual produk terlebih dahulu.

Baca Juga :  5 Langkah Membangun Tim Medsos Papan Atas untuk Bisnis Anda

LinkedIn's Reid Hoffman: Success Tips from Silicon Valley

Akhirnya, ia mendapatkan pekerjaan pertamanya di Apple pada tahun 1994 dengan kemampuan networking-nya. Hampir dua tahun kemudian, ia meninggalkan Apple untuk bekerja di Fujitsu di bagian manajemen produk dan pengembangan bisnis. Namun, pada bulan Juli 1997, Reid berhenti dari pekerjaannya di Fujitsu untuk mendirikan Socialnet, salah satu ide awal dari sebuah situs jejaring sosial. Dia telah memikirkan konsep mengenai jejaring sosial bahkan jauh sebelum kebanyakan orang mulai menggunakan internet.

Reid menyadari bahwa satu-satunya cara agar ia bisa membuat bisnis adalah dengan nekat dan menjalankannya. Ia melihat peluang pembiayaan dan kembali mendatangi pemodal ventura yang dulu pernah ia hubungi sebelumnya. Akhirnya Reid berhasil mendapatkan dana sebesar $5juta di akhir tahun 1997. Akan tetapi, lebih dari dua tahun kemudian, Reid mengundurkan diri dari Socialnet karena dia tidak yakin bahwa perusahaan itu bergerak ke arah jalan yang benar. Kemudian ia melanjutkan karirnya di Paypal.

Baca Juga :  Bahagia Itu Sederhana, Jangan Bandingkan yang Telah Datang Dengan yang Sudah Pergi

Pada awal tahun 2003, Reid merasa cukup percaya diri untuk meluncurkan situs LinkedIn, tetapi hal itu membutuhkan kerja keras selama beberapa bulan untuk mendaptakan ide. Ia mendirikan LinkedIn dari saham yang didapat dari Paypal, tempat ia bekerja sebelumnya. Kemudian ia menetapkan tantangan bagi dirinya sendiri dalam mendapatkan satu juta orang untuk mendaftar ke situsnya tersebut.

Dari awal, Reid berencana untuk mengembangkan LinkedIn melalui mulut ke mulut. Hal ini tampaknya merupakan cara yang paling hemat biaya dan efisien untuk menarik anggota. Kemudian, pendiri LinkedIn ini mengundang 350 orang paling penting, kontak terpercaya, dan mereka kenal baik untuk bergabung, dan juga mendorong mereka untuk mengundang teman-teman dan kontak mereka yang lain untuk bergabung.

Baca Juga :  Jangan Salah Paham Tentang Perhatian, Kadang Dia Baik Memang Baiknya ke Semua Wanita

Strategi ini berjalan dengan baik. Pada akhir bulan pertamanya beroperasi, LinkedIn memiliki total anggota sebanyak 4.500 orang dalam jaringannya. LinkedIn kemudian mendirikan kantor di Mountain View, California, tidak jauh dari markas Google. Reid kemudian merekrut beberapa anggota staf baru untuk bekerja di sisi teknis dengan total karyawannya 13 orang.

Pada akhir tahun 2017, pengguna media sosial LinkedIn di Indonesia mencapai lebih dari sembilan juta orang. Pertumbuhan ini jauh lebih pesat dibanding perkiraan kuartal sebelumnya. Mayoritas pengguna LinkedIn diketahui merupakan para pencari kerja dan profesional. Menurut riset yang dilakukan oleh LinkedIn, Jakarta merupakan satu dari empat kota dengan konektivitas tertinggi di dunia yang sejajar dengan London, Amsterdam, dan San Fransisco.

Para pengguna LinkedIn di Jakarta bahkan memiliki jumlah koneksi terbesar, yaitu rata-rata 147 koneksi per pengguna. LinkedIn saat ini memiliki 530 juta pengguna di seluruh dunia dan seperempat diantaranya berada di Asia Pasifik.