Membandingkan Teks Fiksi Sejarah Dan Teks Sejarah

KABARPANDEGLANG.COM – Membandingkan teks fiksi sejarah dan teks sejarah merupakan acara yang dilakukan untuk mampu memilih persamaan atau bahkan perbedaan yang ada pada kedua jenis teks tersebut. Pada goresan pena ini acara yang dilakukan yaitu menggali gosip dari teks cerita fiksi sejarah perihal keutuhan wilayah nusantara.

Dengan mengamati teks fiksi sejarah perihal keutuhan wilayah Indonesia, diharapkan mampu memperlihatkan sikap cinta tanah air dan besar hati sebagai bangsa Indonesia dengan kepedulian yang tinggi. Untuk mampu membandingkan kedua teks sebaiknya baca dengan seksama kedua teks tersebut. Berikut ini teladan teks fiksi sejarah dan teks sejarah.

1. Teks Fiksi Sejarah

Teks fiksi sejarah adalah jenis teks dengan latar sejarah yang benar-benar terjadi, tetapi tokoh-tokoh utama di dalam kisah merupakan fiksi. Teks fiksi sejarah dapat berupa novel, legenda maupun roman. Pada teks fiksi sejarah biasanya isi cerita dibentuk semenarik mungkin supaya pembaca tidak bosan.

Tujuan penulisan teks fiksi sejarah yaitu untuk mempengaruhi pembaca mengikuti pendapat penulis dan menghidupkan emosi pembaca. Berikut ini pola teks fiksi sejarah.

Kerja Sama Mempertahankan Kemerdekaan

“Makan siang telah siap … Ayo Pak makan dulu. Ini nasi bungkusnya”.

“Terima kasih nak, waah..makan apa hari ini?”

“Nasi, tempe goreng, dan tumis kacang. Bapak harus segera makan, supaya cukup memiliki tenaga untuk membawa Pak Sudirman bergerilya”.

“Terima kasih nak, Bapak makan dulu, ya”

Itulah sekelumit percakapan antara Udin dan Pak Hasan yang terjadi di sela-sela pertempuran antara pasukan Jenderal Sudirman melawan Belanda. Pak Hasan yaitu prajurit Pembela Tanah Air atau PETA yang bertugas mengusung tandu yang dipakai Jenderal Sudirman ketika bergerilya keluar masuk hutan dan tempat perbukitan.

Baca Juga :  Imbas Aktivitas Ekonomi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Udin ialah seorang anak berumur sepuluh tahun yang tidak lagi bersekolah alasannya gedung sekolah rakyat di desanya di tempat Ambarawa telah hancur terkena serangan mesiu pasukan Belanda. Ia akibatnya membantu para sukarelawan di dapur umum, mengaduk nasi, membantu membungkus, dan membagikannya pada para pejuang gerilya.

“Pasukan … siaap … Keadaan genting! Pasukan Belanda terus mendekat.”
“Cepat…kita harus terus bergerak masuk hutan!”

Pak Hasan segera meletakkan nasi bungkus yang baru setengah dia nikmati. Ia dengan sigap menyiapkan tandu yang segera akan ia usung membawa Jenderal Sudirman berjuang mempertahan kan kemerdekaan.

Udin hanya mampu terkesima, ia bergegas merapikan sisa-sisa nasi dan kembali ke dapur umum untuk melanjutkan tugasnya.

2. Teks Sejarah

Teks sejarah memuat dongeng yang benar adanya, bersifat aktual. Tokoh dan insiden yang terjadi di dalamnya benar-benar ada dan pernah terjadi. Teks Sejarah merupakan teks yang didalamnya menceritakan wacana insiden kurun kemudian yang menjadi asal muasal sesuatu yang memiliki nilai sejarah. Salah satu ciri teks sejarah yakni teks disajikan secara kronologis atau menurut urutan insiden. Berikut ini contoh teks sejarah.

Jenderal Sudirman, Pemimpin Teladan Bangsa

Sudirman yakni seorang tokoh bangsa di kala revolusi yang patut dijadikan acuan. Walau dalam usia perjuangan yang singkat, kobaran semangatnya untuk membela negeri menjadi ide hingga dikala ini. Sudirman lahir di Bondas, Karangjati, Purbalingga, pada tanggal 24 Januari 1916.

Baca Juga :  Barang Impor Di Sekitar Kita Beserta Pengaruhnya

Pendidikan formal ditempuhnya di Taman Siswa dan HIK Muhammadiyah, Solo. Ia juga aktif dalam organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Kepanduan, disiplin, serta jiwa kepemimpinan yang di kembangkannya selama ikut dalam organisasi ini menjadi bekal berharga bagi perjalanan perjuangannya.

Karir militer Sudirman diawali di Pendidikan Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Selesai pendidikan, dia diangkat menjadi komandan batalion di Kroya. Setelah kemerdekaan, beliau berhasil memimpin pasukannya untuk merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Ketika dibuat Tentara

Keamanan Rakyat (TKR), Sudirman diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas. Kemudian, melalui Konferensi TKR tanggal 2 November 1945 beliau terpilih menjadi Panglima Besar TKR. Ia menjadi jenderal di usianya yang cukup muda, 31 tahun.

Tidak mirip prajurit lainnya yang memperoleh kenaikan pangkat melalui perguruan militer, Sudirman mendapat anugerah pangkat jenderal dari Presiden Soekarno alasannya prestasi perjuangannya.

 Membandingkan teks fiksi sejarah dan teks sejarah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk Membandingkan Teks Fiksi Sejarah dan Teks Sejarah

Perjuangan Sudirman terus berlanjut hingga insiden Agresi Militer Belanda yang kedua. Saat itu, Sudirman sedang dalam kondisi sakit parah. Paru-parunya hanya satu yang berfungsi. Walaupun Presiden Soekarno memerintahkannya untuk beristirahat dan menjalani pengobatan, Sudirman berkeras hati untuk ikut dalam pertempuran.

Ia merasa bertanggung jawab untuk memimpin pasukannya melawan musuh. Tujuh bulan lamanya, Sudirman memimpin pasukannya bergerilya dengan ditandu. Ia berpindah-pindah antara hutan dan pegunungan dalam keadaan fisik yang lemah.

Ketika kondisinya tidak lagi memungkinkan, dia tetap memimpin pasukannya dengan menyumbang kan pemikirannya dari jauh. Sekitar dua tahun sesudah Belanda melancarkan agresi militer, pada tanggal 29 Januari 1950, Sudirman meninggal dunia pada usia 34 tahun.

Baca Juga :  Langkah-Langkah Menciptakan Patung Nusantara

Itulah Kepemimpinan Jenderal Sudirman, Panglima Besar TNI.

Jawab pertanyaan berikut!

  1. Bagaimana kondisi kehidupan di kala Perang Gerilya di dikala itu? Kondisi kehidupan di Masa Perang Gerilya di Masa Jenderal Sudirman sangat sulit karena rakyat Indonesia masih dijajah. Rakyat hidup miskin, belum dewasa tidak sekolah, dan pemuda-cowok Indonesia berperang melawan penjajah.
  2. Adakah nilai-nilai persatuan dan kolaborasi di abad itu? Apakah tujuan yang akan dicapai? Jelaskan dengan singkat! Nilai-nilai persatuan dan kerja sama di masa itu sangat tinggi alasannya rakyat Indonesia merasa senasib dengan kehidupan yang miskin. Tujuan kolaborasi ketika itu yaitu mencapai Indonesia merdeka.
  3. Apa perbedaan kedua jenis teks tersebut? Manakah yang merupakan fiksi dan nonfiksi? Perbedaan kedua teks tersebut ialah teks fiksi sejarah merupakan dongeng rekaan dengan  latar belakang sejarah namun tokoh-tokoh dalam kisah tersebut rekaan, sedangkan teks sejarah menceritakan peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi. Teks 1: teks fiksi sejarah, Teks 2: teks sejarah (biografi Jenderal Soedirman)
  4. Apa yang kau ketahui tentang teks fiksi sejarah? Jelaskan dengan singkat. Teks fiksi sejarah yakni jenis teks dengan latar sejarah yang benar-benar terjadi, tetapi tokoh-tokoh utama di dalam kisah merupakan fiksi.

Terima kasih telah membaca artikel di website kabarpandeglang.com, semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi kamu dan bisa dijadikan referensi. Artikel ini telah dimuat pada kategori pendididkan https://kabarpandeglang.com/topik/pendidikan/, Jangan lupa share ya jika artikelnya bermanfaat. Salam admin ganteng..!!