Menelaah Ciri Bahasa Dongeng Fantasi

KABARPANDEGLANG.COM – Cerita fanta*i yaitu cerita yang terdapat unsur magis, misteri, kesaktian, atau hal supranatural yang lain. Cerita jenis ini memberdayakan percampuran latar cerita dengan memfantas*kan latar kala kemudian, abad kini, dan masa mendatang. Ciri bahasa yang terdapat dalam teks cerita jenis ini antara lain penggunaan kata ganti, kata pencerap panca indera, makna kias dan makna khusus, kata sambung penanda waktu, kata ungkapan keterkejutan, dan penggunakan dialog/ kalimat eksklusif.

A. Ciri kebahasaan

a) Penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan (aku, mereka, ia, Erza, Doni)

b) Penggunaan kata yang mencerap panca indera untuk deskripsi latar (kawasan, waktu, suasana)

  1. Latar kawasan. Tiga rumah bergaya kerucut menyambut mataku. Emas dan berlian bertaburan di dinding rumah itu. Laboratorium awut-awutan. Semua peralatan pecah. Aneh hanya laptopku yang masih menyala.
  2. Latar suasana. Setetes air mata pun jatuh dari wajah Sang Ratu. Tak sepatah kata pun terdengar dari bibirnya. Kamar yang megah ini terasa sunyi dan penuh kesedihan.
  3. Latar waktu. Tengah malam tak ada bintang di langit itu. Mendung hitam nampak mengumpal. Lolongan anjing bersahut-sahutan menyambut malam yang semakin larut.

c) Menggunakan pilihan kata dengan makna kias dan makna khusus.

Makna kias yakni makna yang sudah mengalami peubahan sebab susunan gramatik atau perasaan penutur. Makna khusus adalah makna yang cakupannya lebih kecil atau lebih spesifik.  Contoh: Alien itu berhidung mancung. Dengan hidungnya yang menjulang ia mengendus sekeliling.

d) kata sambung penanda urutan waktu

Kata sambung urutan waktu sesudah itu, kemudian, sementara itu, bersamaan dengan itu, datang-datang, saat, sebelum, dan sebaginya. Penggunaan kata sambung urutan waktu untuk membuktikan datangnya tokoh lain atau perubahan latar, baik latar suasana, waktu, dan kawasan. Contoh:

  1. Setelah buku terbuka saya terseret pada abad lampau.
  2. Dua tahun lalu, Farta telah sampai di Planet Mars dan bertemu dengan Tatao.
  3. Akhirnya, Farta mampu menyelamatkan diri dari terkaman raksasa.

e) Penggunaan kata/ ungkapan keterkejutan
Penggunaan kata/ ungkapan keterkejutan berfungsi untuk menggerakkan kisah (memulai persoalan)
Contoh

  1. Tiba-datang seorang alien yang berukuran lebih besar tiba.
  2. Tanpa diduga buku terjatuh dan halaman terbuka menyeret Nabila pada dunia lain.
  3. Di tengah kebahagiaannya datanglah bencana alam itu.

f) Penggunaan dialog/ kalimat eksklusif dalam dongeng
“Raksasa itu mengejar kita!” teriak Fona kalang kabut. Aku ternganga mendengar perkataan Fona. Aku segera berlari.

Buatlah telaah kisah yang berjudul Kekuatan Ekor Biru Nagata dari segi bahasa yang digunakan! Lengkapi paparan. berikut!

KEKUATAN EKOR BIRU NATAGA

Struktur Kalimat
Orientasi Seluruh pasukan Nataga sudah siap hari itu. Nataga membagi peran kepada seluruh panglima dan pasukannya di titik-titik yang sudah ditentukan. Seluruh hewan di Tana Modo tampak gagah dengan doktrin di dalam hati, mempertahankan milik mereka. Hari itu, sejarah besar Tana modo akan terukir di hati seluruh hewan.. Mereka akan berjuang sampai titik darah penghabisan untuk membela tanah air tercinta.
Komplikasi Saat yang dinantikan pun datang. Mulai terlihat bayangan serigala-serigala yang hendak keluar dari kabut. Jumlah pasukan cukup banyak. Nataga dan seluruh panglima memberi aba-aba untuk tidak panik.

Pasukan siluman serigala mulai menginjak Pulau Tana Modo, susul menyusul bagai air. Tubuh mereka besar-besar dengan sorot mata tajam. Raut wajah mereka penuh dengan angkara marah dan kesombongan, disertai lolongan panjang saling bersahutan di bawah air hujan. Mereka tidak menyadari bahaya yang sudah mengepung. Semua hewan tetap damai menunggu instruksi dari Nataga.

“Serbuuuu …!” teriak Nataga sambung-menyambung dengan seluruh panglima.

i adalah cerita yang terdapat unsur magis Menelaah Ciri Bahasa Cerita Fantasi

Pasukan terdepan dari binatang-binatang hutan segera mengepung para serigala dengan lemparan bola api. Pasukan serigala sempat kaget, tak percaya. Cukup banyak korban yang jatuh di pihak serigala sebab lemparan bola api. Namun, pemimpin pasukan tiap kelompok serigala eksklusif mengatur kembali anak buahnya pada posisi siap menyerang. Mereka tertawa mengejek binatang-binatang saat banyak bola api yang padam sebelum mengenai tubuh mereka. Bahkan dengan kekuatan mereka,mereka meniup bola api yang terbang menuju arah mereka.

“Hai ….! Tak ada gunanya kalian melempar bola api kepada kami!” Seru serigala dengan sorot mata merah penuh amarah.

Binatang-hewan tidak putus asa. Namun, pasukan serigala dalam jumlah dua kali lipat bahkan lebih dari pasukan hewan, mulai bergerak maju, seolah hendak menelan binatang-binatang yang mengepung. Binatang-hewan yang pantang menyerah juga tidak takut dengan gertakan para serigala.

“Gunakan kekuatan ekormu, Nataga!” bisik Dewi Kabut di telinga Nataga.

Nataga sempat resah dengan kata-kata Dewi Kabut. Karena banyak bola api yang padam, Nataga segera memberi kode berhenti melempar dan mundur kepada seluruh pasukan.

Tiba-tiba, Nataga, pemimpin perang seluruh hewan di Tana Modo, segera melesat menyeret ekor birunya. Mendadak, ekor Nataga mengeluarkan api besar. Nataga mengibaskan api pada ekornya yang keras, membentuk bulat sesuai tanda yang dibentuk oleh semut, rayap, dan para tikus. Lalu, ia melompat bagai kilat dan mengepung serigala dalam api panas. Kepungan api semakin luas. Serigala-serigala tak berdaya menghadapi kekuatan si ekor biru. Teriakan panik dan kesakitan terdengar dari serigala-serigala yang terbakar. Nataga tidak memberi ampun kepada para serigala licik itu.

Resolusi Selesai pertempuran Nataga segera menuju ke atas bukit, bergabung dengan seluruh panglima. Levo, Goros, Lamia, Sikka, dan Mora memandang Nataga dengan haru dan tersenyum mengisyaratkan hormat dan senang.

 

1. Penggunaan kata yang mencerap panca indera untuk deskripsi latar (kawasan, waktu, suasana)

Bahasa yang digunakan pada kisah Kekuatan Ekor Biru Nagata banyak memakai kata aktual untuk menggambarkan tokoh dan situasi dalam kisah.

Contoh penggambaran angker dari pasukan serigala digambarkan dengan kata kasatmata dengan pilihan kata yang tepat dipaparkan berikut.

Pasukan siluman serigala mulai menginjak Pulau Tana Modo, susul menyusul bagai air. Tubuh mereka besar-besar dengan sorot mata tajam. Raut wajah mereka penuh dengan angkara marah dan kesombongan, disertai lolongan panjang saling bersahutan di bawah air hujan. Cerita tersebut juga banyak memakai ungkapan dan majas. Ungkapan berjuang hingga titik darah penghabisan untuk membela tanah air tercinta, terukir indah di hati merupakan bukti bahwa kisah ini memakai ungkapan dan majas untuk menggambarkan suasana penyerangan.

2. Penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan

Contoh penggunaan kata ganti dan nama sebagai sudut pandang penceritaan antara lain ditunjukkan pada kata : Nataga, mereka, Dewi Kabut, beliau, Levo, Goros, Lamia, Sikka, dan Mora

3. Kata sambung penanda urutan waktu

Nataga mengibaskan api pada ekornya yang keras, membentuk lingkaran sesuai tanda yang dibuat oleh semut, rayap, dan para tikus. Lalu, beliau melompat bagai kilat dan mengepung serigala dalam api panas.

4. Penggunaan kata/ ungkapan keterkejutan

Tiba-tiba, Nataga, pemimpin perang seluruh hewan di Tana Modo, segera melesat menyeret ekor birunya.

5. Penggunaan obrolan/ kalimat langsung dalam cerita

  1. “Serbuuuu …!” teriak Nataga sambung-menyambung dengan seluruh panglima.
  2. “Hai ….! Tak ada gunanya kalian melempar bola api kepada kami!” Seru serigala dengan sorot mata merah penuh amarah.
  3. “Gunakan kekuatan ekormu, Nataga!” bisik Dewi Kabut di telinga Nataga.

B. Menyunting Cerita dari Segi Bahasa

Sebelum disunting Setelah disunting
“Kau harus membawanya kembali!” Erza berteriak kalang kabut. Aku gugup. Bingung. Tak tau apa yang harus kuperbuat, sedangkan insan dengan wajah setengah simpanse itu memandang sekeliling. Manusia purba itu menemukanku dikala aku menelitinya dan tanpa kusadari dia mengikutiku. Manusia purba itu akan mati bila tidak kembali dalam waktu 12 jam. “Kau harus membawanya kembali!” Erza berteriak kalang kabut. Aku berjalan berputar-putar. Melihat tak tentu arah sambil bernafas besar. Di kepalaku muncul berbagai macam pertanyaan dan kemungkinan yang semakin membuatku pusing. Tak tau apa yang harus kuperbuat, sedangkan manusia dengan wajah setengah kera itu memandang sekeliling. Manusia purba itu menemukanku ketika aku menelitinya dan tanpa kusadari beliau mengikutiku. Manusia purba itu akan mati bila tidak kembali dalam waktu 12 jam.
Blumm!!! saya terdorong masuk pada sebuah kerajaan kurun lalu. Blumm!!! Aku terdorong masuk pada sebuah daerah berupa bangunan megah berwarna keemasan penuh dengan pilar pilar dan ornamen serta pahatan yang luar biasa indah.

C. Menelaah Hasil Melengkapi Cerita

1. Cerita Rumpang 1

Struktur Kalimat
Orientasi Saya bertiga mendapat tugas untuk mewawancarai pegawai kantor bangunan yang menjadi pemborong bangunan-bangunan megah. Kantor itu dicat merah menyala, mencolok dibandingkan dengan kantor sejenis di kompleks itu. Ketika kami masuk, kami melihat lobi kantor yang cukup awut-awutan. Meski berantakan, fasilitas di kantor itu lengkap. Masih ada sofa yang mampu digunakan duduk. Di belakang lobi ada ruangan tertutup dengan menyisakan lorong untuk masuk ke lantai atas. Di dinding lorong tertempel gambar bangunan-bangunan yang akan dikerjakan kantor itu.

Salah satu gambar bangunan jatuh dan terinjak kakiku. Bumi mirip bergetar dan saya terseret ke dalam bangunan megah yang belum pernah aku kenal. Bangunan itu terus bergetar.

Komplikasi Salah satu gambar bangunan jatuh dan terinjak kakiku. Bumi seperti bergetar dan aku terseret ke dalam bangunan megah yang belum pernah saya kenal. Bangunan itu terus bergetar.

Kudengar ada yang memanggilku, “Kak tolong kami.”  Tampak sekumpulan anak seragam biru putih berlarian. Wajah mereka ketakutan dan berusaha mencari tempat berlindung.

Tiba-tiba salah satu sisi dinding mulai retak dan gentingnya mulai berjatuhan. Badanku tidak bisa bergerak meski lantai bangunan tersebut mulai terasa bergetar.

Seorang pegawai bangunan mendekatiku, dan berkata, “Jangan diam saja! Keluar dari sini!” Pegawai tersebut berlari ke kanan dan ke kiri, seolah mencari pijakan di lantai yang terus bergerak.

Salah seorang mendekatiku dengan langkah olengnya. Aku lihat gambar yang terjatuh itu di kakiku. Wajahnya ketakutan.

Resolusi “Ada apa? Kenapa wajahmu pucat pasi seperti itu? Kamu sedang sakit?” tanyanya sambil menepuk bahuku. Aku terkejut dan dengan segera mengangkat kakiku.

“Kamu niscaya tertidur. Sudah hampir 1 jam kita menunggu di sini, tapi pegawai kantornya belum tampak juga.” Aku menghela napas dalam-dalam. Ternyata saya tertidur dan bermimpi jelek.

2. Cerita Rumpang 2

Struktur Kalimat
Orientasi Dengan tergesa Meza menuju perpustakaan sekolahnya. Tugas dari guru Bahasa Indonesia harus dikumpulkan siang nanti jam ke 7. Padahal ia belum membaca sama sekali buku biografi yang ditugaskan.  Perpustakaan masih sepi dikala Meza memasuki perpustakaan. Dia harus menemukan buku tersebut biar Meza mampu segera menyelesaikan tugasnya. Tiba-datang mata Meza menangkap sebuah buku biografi tentang Bung Tomo yang terletak di meja baca.
Komplikasi Dengan cepat diambilnya sebuah buku biografi yang sudah ada di meja baca. Buku itu nampak sedikit lusuh. Dia membaca buku ihwal biografi Bung Tomo. Pada halaman ke sepuluh ia ditarik Bung Tomo diajak berjalan-jalan menyaksikan usaha pada 10 Nopember 1945.

Dia diajak memasuki Hotel Yamato dan melihat pasukan Belanda memasang bendera mereka. Bung Tomo berteriak memberi semangat para pejuang lainnya untuk merebut bendera tersebut. Meza ikut berlari menyaksikan Bung Tomo merebut bendera Belanda tersebut dan merobek bagian birunya.

Resolusi “”Kamu sedang apa, Meza? Kenapa tertidur di ruang baca?” terdengar bunyi dari belakang Meza. Petugas perpustakaan mengagetkannya.

“Oh, maaf. Saya sedang mengerjakan peran Bahasa Indonesia. Tetapi dikala sedang membacanya, aku tertidur,” kata Meza malu.

“Segera diselesaikan, Meza. Bel masuk hampir sebentar lagi berbunyi.”Meza menata bukunya dan mengembalikan buku biografi tersebut.

Petugas perpustakaan terkejut, “Sudah selesai, ya?”Dengan tersenyum dan mengangguk, Meza berlalu. Mimpinya serasa konkret. Dan dari mimpinya, ia yakin mampu menjawab tugasnya

Terima kasih telah membaca artikel di website kabarpandeglang.com, semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi kamu dan bisa dijadikan referensi. Artikel ini telah dimuat pada kategori pendididkan https://kabarpandeglang.com/topik/pendidikan/, Jangan lupa share ya jika artikelnya bermanfaat. Salam admin ganteng..!!