Kadang kamu memang memilih tertekan dan sakit terlebih dahulu untuk berusaha melepaskan, ntah itu kenangan buruk, rasa sakit, dan kecewa.
Mengapa? agar hatimu bisa terselamatkan dan hatimu mampu kembali tenang. Karena memang harus berani sakit untuk membuka lembaran baru yang lebih baik, seperti ketika kita meminum jamu, dimana setelahnya kita menjadi lebih sehat meski awalnya pahit.
Kamu Jangan Takut Mengikhlaskan, Walau Rasanya Begitu Menyesakkan
Maka dari itu, untuk kamu yang masih ragu-ragu dalam mengikhlaskan masalalu, kamu harus berani memulainya, walau itu begitu menyesakkan dada.
Memang Begitu Proses Mengembalikan Keadaan, Harus Gigih Menahan Sakit Walau Itu Menyiksa
Dan apakah kamu tahu, memang begitu proses mengembalikan keadaan, kamu harus gigih menahan sakit walau itu sangat menyiksa, kamu harus berusaha tenang meski hati serasa sangat muak.
Memaafkan Apalagi, Kamu Harus Mampu Mengendalikan Hatimu Agar Mampu Legowo, Itu Demi Kebaikanmu
Apalagi memaafkan, semasih sakit-sakitnya dan kecewa, tapi kamu harus mampu mengendalikan hatimu agar mampu legowo, itu demi kebaikanmu.
Kamu harus mampu menenangkan hatimu, jangan sampai sisa benci dan ketidak terimaanmu malah membuat hidupmu tidak tenang sebab rasa amarah yang masih menyala.
Jangan Berpikir yang Buruk-buruk Tentang Masa Lalu, Biarkan yang Buruk Itu Hanyut Oleh Waktu
Pengendalian dirimu harus kamu latih, itu sebenarnya yang harus kamu lakukan dalam upaya mengikhlaskan apa yang sudah kamu alami.
Jangan terus saja berpikir yang buruk-buruk saja tentang masa lalumu, biarkan yang buruk itu hanyut oleh waktu.
Tugasmu Sekarang Adalah Mampu Merelakan, Agar Hatimu Terselamatkan Dari Kegelisahan yang Mendalam
Lantas ketika kamu masih bertantanya, tugas sebenarnya kamu dalam mengikhlaskan itu apa? yaitu melawan rasa sakit, menekan kecewa, mengecilkan ego, dan membesarkan hati dengan kesabaran.
Untuk apa? agar hatimu terselamatkan dari kegelisahan yang mendalam, terselamatkan dari ketidak tenangan sebab menumpuknya rasa benci.