Pertengkaran menjadi bumbu dalam sebuah hubungan, bisa memberikan efek positif, semakin menguatkan cinta atau bisa memberikan dampak negatif dan bisa memisahkan kamu dengan pasangan.
Ternyata, tingkat stres seseorang menjadi lebih tinggi ketika bertengkar dengan pasangan dari pada memiliki masalah lainnya.
Berdasarkan penelitian dari Harvard Health (Harvard Medical School), respon stres bertengkar dimulai dari otak.
Ketika pasangan meninggikan suaranya atau mengatakan hal yang agresif, mata juga telinga kita akan mengirimkan informasi itu ke amigdala, bagian otak yang bertanggung jawab memproses emosi.
Saat Bertengkar Inilah yang Terjadi Pada Tubuh Kita
Tampilan wajah pasangan yang kita lihat akan ditafsirkan amigdala, jika dideksi adanya bahaya, bagian otak ini akan segera mengirimkan sinyal bahaya ke hipotalamus, bagian lain dari otak yang terlibat dalam mengendalikan stres.
Ketika alarma bahaya dibunyikan di dalam otak maka hipotalamus memicu sistem saraf simpatis, di mana kelenjar adrenal akan memompa epinefrin (hormon adrenalin).
Kormon inilah yang akan memicu perubahan fisik ketika bertengkar seperti detak jantung yang lebih cepat, penapasan dipercepat, tekanan darah meningkat, pupil membesar, otot menegang dan tubuh gemetaran.
Maka dari itu lebih baik jangan beradu argumen dengan pasangan, hindari pasangan dan mencari tempat yang tenang untuk menenangkan diri.
Dibutuhkan kesadaran yang tinggi dari kita sendiri kapan kita harus menghindari badai dan pertengkaran lebih besar dengan pasangan agar masalah tidak semakin runyam.
Ternyata sekuat itu efek pertengkaran dengan pasangan yang bisa mengubah reaksi dalam tubuh, maka dari itu jangan abaikan ketika bertengkar, kita harus tahu kapan harus mundur dan berdebat dengan pasangan.