Biasanya, ketika balita marah cenderung memukul karena ia tidak tahu menyalurkan emosinya.
Mereka juga belum bisa berbahasa secara lisan, sehingga cenderung mengekpresikan kemarahannya dengan berteriak.
Bahkan bisa mengamuk, memukul dan menjambak. Sikap agresif tersebut tentu membuat orang khawatir jika memiliki kebiasaan menyakiti orang lain.
Menurut psikolog anak, ada banyak alasan yang membuat balita mengekspresikan kemarahannya.
Psikolog Nanette Burton Mongelluzzo, Ph.D dalam artikel di PsychCentral mengatakan, tak jarang balita kemarahan, kekerasan dan tindakan agresi lain di sekitar mereka.
Mereka melakukan tindakan agresi karena meniru apa yang ia amati. Orang tua harus menangani masalah ini, karena jika tidak akan beresiko mengalami eskalasi.
Konselor Sara Bean memberi saran orang tua harus menanggapi amarah balita dengan amarah.
Orang tua tidak boleh mengancam, tidak boleh bertiak atau mengayakan hal jahat kepada balita. Jika orang tua balas menyakiti dia bisa menimbulkan kemarahan.
Orang tua harus bisa mengajari anaknya dengan tepat untuk menghadapi amarah dan emsoinya. Jika berlebihan orang tua bisa konsultasi dengan dokter dan menanayakan apakah perlu rujukan psikologi.