Urutan Kejadian Pada Bacaan Semut Dan Beruang

KABARPANDEGLANG.COM – Urutan kejadian dalam dongeng disebut juga alur. Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama dan menggerakkan jalan cerita. Alur dapat juga diartikan jalinan kejadian dalam karya sastra untuk mencapai imbas tertentu.

Alur dibagi menjadi 3 adalah alur maju, alur mundur, dan alur adonan. Alur maju yakni rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau dongeng yang bergerak ke depan terus. Alur mundur ialah rangkaian insiden yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu insiden atau kisah yang bergerak mundur (flashback). Alur adonan yaitu adonan antara alur maju dan alur mundur.

Untuk lebih memahami urutan peristiwa dalam sebuah kisah mampu dilakukan dengan membaca kisah berjudul Semut dan Beruang di bawah ini.

Semut dan Beruang

Pada suatu hari, Beri si Beruang melihat ke dalam mata air. Beri mengeluh, “Sepertinya air di mata air ini semakin sedikit saja. Pasti bangsa semut terlalu banyak mengambil air!” Beri kemudian menundukkan kepala, melihat ke tanah dengan teliti. Ah, ia melihat seekor semut hitam berjalan membawa guci mungil di pundak.

“Berhenti, semut!” teriaknya. “Aku tak akan membiarkanmu mengambil air di sumber airku lagi. Kamu sudah terlalu banyak mengambil air. Berhenti atau kucakar kau!” ancam Beri Beruang.

Semut hitam kecil itu tidak memperhatikan teriakan Beri. Ia merangkak ke bawah beberapa helai daun kering. Ia terus berjalan menuju sumber mata air. Beri mencakar dan mengendus daun-daun sambil berteriak, “Tak ada gunanya sembunyi! Aku mampu menemukanmu!”

Semut hitam berteriak dari arah belakang Beri, “Kenapa kau pelit sekali? Bayi-bayi semut di lembah semut sangat kehausan. Air di mata air ini kan masih aneka macam. Bahkan masih cukup untuk seribu rusa.”

“Dengar kataku!” geram Beri sambil membalik tubuhnya. “Aku tak akan memberikanmu air lagi. Semua semut dilarang mengambil air di sini lagi!” Semut Hitam melamun sebentar. Lalu katanya, “Apa boleh buat, kalau kau sudah memutuskan begitu! Tapi saya tetap akan mengambil air untuk bayi-bayi semut di lembah!”

Urutan peristiwa dalam cerita disebut juga alur Urutan Peristiwa Pada Bacaan Semut dan Beruang

Beri beruang sangat marah. Namun, Semut Hitam sudah menghilang lagi ke bawah daun-daun kering. Beri mencarinya, tetapi beliau tidak melihat apa-apa di rumput. Akhirnya beliau kembali dengan jengkel ke sarangnya di erat pohon oak.

Baca Juga :  Keragaman Budaya Bangsa Di Wilayah Indonesia

Semut-semut yang haus menunggu di lembah semut. Setelah menunggu cukup lama, hasilnya mereka berbaris menuju mata air. Salah satu semut melihat guci air milik Semut Hitam yang tergeletak di jalan.

“Pasti Semut Hitam mendapat persoalan. Lihatlah! Ini gucinya, tapi ia tidak tampak!” Mereka memungut guci itu dan terus berjalan.

Saat itu seekor kelinci mengintip dari balik semak. Kelinci itu mengangkat telinganya dan berbisik, “Jangan pergi ke mata air itu. Pulanglah, kalian dalam bahaya. Beri sedang marah. Ia bilang, air di mata airnya berkurang. Ia akan mencakar semut-semut yang berani mengambil air dari mata airnya!” Akan tetapi semut-semut itu tidak takut. “Mana beruang itu sekarang?” tanya mereka.

“Ia sedang di rumahnya beristirahat,” jawab Kelinci. Semut-semut itu berbaris seperti tali sepatu di rumput. Mereka melihat seekor tupai duduk di pohon dan bertanya, “Apa kami sedang berjalan sempurna ke arah sarang beruang?”

“Ya, ya, ini memang jalan ke arah sarangnya,” jawab Tupai. “Tapi sebaiknya kalian balik ke rumah. Beri beruang dari tadi berteriak terus. Katanya, jikalau kalian mengambil air dari mata airnya, dia akan mencakar kalian.”

Akan tetapi semut-semut itu tak mau kembali. Mereka terus berbaris seperti tali sepatu di tanah. Hari hampir malam ketika mereka tiba di depan pohon oak tua. Mereka melihat sekeliling, dan menemukan sebuah retakan di tanah. Mereka masuk ke dalamnya, dan mulai menggali sebuah lubang.

Baca Juga :  Melengkapi Teks Eksplanasi Teknologi Hijau Di Periode Globalisasi

“Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian menggali?” tanya Tikus Tanah yang merasa terganggu dari tidurnya. “Kami ingin menangkap Beri beruang. Kami sedang menciptakan jebakan untuknya,” kata para semut.

“Bahaya sekali!” seru Tikus Tanah.

“Dia niscaya sudah menangkap Semut Hitam saudara kami. Ia juga berniat mencakar kami, hanya karena kami mengambil air dari mata air!” kata semut-semut.

“Aku akan menolong kalian menggali di bawah sarangnya. Aku pernah hampir tertangkap ia dahulu.”

Seharian itu, para semut dan Tikus Tanah menggali lubang di bawah sarang Beri. Mereka terus menggali selama sepuluh hari. Beri beruang sama sekali tidak curiga.

Suatu malam di hari kesepuluh, Beri beruang kembali ke sarangnya dengan hati besar hati. Ia berhenti di depan rumahnya di pohon oak dan berkata pada dirinya,

“Aku sudah makan dan minum sampai kenyang. Satu-satunya yang bikin saya jengkel adalah semut-semut itu. Mereka masih berani mengambil air dari mata airku! Besok akan saya hancurkan lembah semut itu! Akan kucakar mereka dengan cakarku seperti ini…”

Beri beruang mulai mencakar ke segala arah. Ia menghentakkan kakinya ke lantai sarangnya dan… BRRUUKK…

Lantai sarangnya jebol. Beri beruang jatuh ke lubang di bawah sarangnya. Lubang itulah yang telah digali para semut dan Tikus Tanah. Beri Beruang harus terus tinggal di lubang itu, kecuali ada penjaga hutan yang menemukannya.

Semut-semut itu kesannya hidup tenang di lembah semut. Saat itu Semut Hitam saudara mereka juga sudah kembali ke rumah. Ternyata dia hanya terpeleset di jalan. Jadi tidak ada yang merusak kebahagiaan mereka kini. Para semut dengan bebas pergi mencari makan dan minum di hutan.
(Sumber: bobo.kidnesia.com)

Jelaskan insiden pada kisah “Semut dan Beruang” dengan bahasamu sendiri. Tulislah dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Perhatikan penggunaan kata-kata baku. Perhatikan pula penggunaan tanda baca yang benar. Tulislah dalam kotak berikut, kemudian bacalah di depan sahabat-sobat dan Bapak/Ibu Guru.

Urutan kejadian pada kisah “Semut dan Beruang”

Beri si Beruang melihat seekor semut hitam berjalan membawa guci untuk mengambil air. Beri mengancam Semut, namun Semut hitam kecil itu tidak memperhatikan ancaman Beri. Beri beruang sangat marah dan mencari Semut, namun tidak ketemu. Akhirnya beliau kembali dengan jengkel ke sarangnya di akrab pohon oak.

Akhirnya semut-semut yang haus berbaris menuju mata air. Salah satu semut melihat guci air milik Semut Hitam yang tergeletak di jalan. Mereka berpikir Semut Hitam menerima duduk perkara.

Seekor kelinci mencoba melarang semut semoga tidak pergi ke mata air itu. Akan tetapi semut-semut itu tidak takut dan akan pergi menuju sarang Beruang. Semut-semut itu berbaris mirip tali sepatu di rumput menuju sarang Beruang.

Di tengah jalan seekor bajing mengingatkan Semut supaya tidak ke rumah Beruang yang sedang marah. Semut-semut itu tak mau kembali dan terus berjalan. Sampai di depan pohon oak bau tanah mereka menggali sebuah lubang. Seekor tikus tanah yang juga pernah diancam Beruang membantu Semut menggali jebakan.

Suatu malam Beri Beruang marah dan menghentakkan kakinya ke lantai sarangnya. Lantai sarangnya jebol dan jatuh ke lubang di bawah sarangnya.

Semut-semut itu kesannya hidup damai di lembah semut. Semut Hitam saudara mereka juga sudah kembali ke rumah. Ternyata beliau hanya terpeleset di jalan. Para semut dengan bebas pergi mencari makan dan minum di hutan.

Terima kasih telah membaca artikel di website kabarpandeglang.com, semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi kamu dan bisa dijadikan referensi. Artikel ini telah dimuat pada kategori pendididkan https://kabarpandeglang.com/topik/pendidikan/, Jangan lupa share ya jika artikelnya bermanfaat. Salam admin ganteng..!!