Urutan Kejadian Teks Bunga Paling Berharga

KABARPANDEGLANG.COM – Teks kisah fiksi yakni cerita rekaan yang merupakan hasil olahan khayalan pengarangnya. Dengan membaca dongeng fiksi diperlukan mampu mengembangkan kemampuan imajinasi seseorang. Cerita fiksi mampu berbentuk cerpen (kisah pendek), novel, film, dan komik.

Salah satu unsur dalam cerita fiksi yaitu urutan kejadian. Urutan kejadian ialah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama dan menggerakkan jalan cerita. Urutan peristiwa dapat juga diartikan jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu.

Pada goresan pena ini akan mempelajari sedikit perihal mengidentfikasi urutan peristiwa dalam teksfiksi. Seperti yang dapat anda baca pada teks di bawah ini.

Bunga Paling Berharga

Makale tinggal di sebuah desa yang selalu kekeringan. Hujan jarang turun di desa itu sehingga tidak banyak tetumbuhan. Jangankan bunga-bungaan, semak-semak pun jarang ditemui.

Suatu hari, sebelum berakhirnya pelajaran, Bu Mala memberi seluruh siswanya masing-masing sebuah buku tulis. Buku tulis itu halaman-halaman dalamnya berwarna putih dan bersampul merah. Indah sekali.

“Buku tulis itu untuk kalian. Kalian boleh menulis apa saja di dalamnya,” kata Bu Mala.

“Saya mau menuliskan catatan harian di buku ini,” kata Nola.

“Saya mau menggambar wajah setiap orang yang aku temui,” kata Wendi yang hobi menggambar.

“Saya mau membuat herbarium,” kata Makale.

Bu Mala memandang Makale dengan penuh keheranan mendengar ucapan Makale.

“Kamu mau membuat herbarium?” tanya Bu Mala kepada Makale.

“Ya. Seorang pelancong pernah menawarkan buku herbariumnya kepada aku. Herbarium itu sangat indah,” jawab Makakale.

“Tetapi, untuk membuat herbarium kau akan membutuhkan banyak daun. Tahukah kau?” tanya Bu Mala.

Teks cerita fiksi adalah cerita rekaan yang merupakan hasil olahan imajinasi pengarangnya Urutan Peristiwa Teks Bunga Paling Berharga

Makale menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Atau bunga…”

“Di mana kamu akan mencarinya?” tanya teman-teman Makale.

Baca Juga :  Pantun Nasehat Pentingnya Kerja Sama Dan Mufakat

Makale memandang keluar jendela. Tidak tampak tumbuhan sama sekali.

“Saya akan mendapatkannya,” kata Makale sambil tersenyum.

Hari berganti hari. Waktu berlalu dengan cepat. Buku tulis merah milik para siswa Bu Mala telah berisi banyak sekali kisah, gambar, dan foto. Hanya buku tulis Makale yang masih kosong.

Pada suatu hari, sebuah awan hitam berhenti di atas desa kawasan tinggal Makale. Tak lama kemudian awan hitam itu mencurahkan hujan yang sangat deras. Benih-benih flora yang terkubur di dalam tanah tandus desa itu pun tumbuh. Sepetak kebun terbentuk. Bunga-bunga merah kecil memenuhi petak kebun itu.

Makale bahagia. Dipetiknya sekuntum bunga merah. Hanya satu. Kemudian, ditempelkannya bunga itu di dalam buku tulis merahnya. Hari berikutnya, bunga-bunga lainnya telah layu alasannya terbakar matahari.

Di dalam kelas, Makale berseru dengan besar hati.

“Saya sudah membuat herbarium aku, Bu Mala.”

Bu Mala membuka buku tulis merah Makale. Herbarium itu hanya satu halaman. Hanya ada satu bunga di dalamnya. Namun, bunga itu paling berharga di dunia sebab hanya mekar sehari dalam setahun.

Disadur dari “52 Dongeng di hari Kamis”; Jakarta: BIP.

Ayo Menulis

Kamu telah membaca kisah “Bunga Paling Berharga”.

1. Tulislah peristiwa-insiden yang terjadi pada cerita.

  • Suatu hari Bu Mala memberi seluruh siswanya masing-masing sebuah buku tulis.
  • Bu Mala heran mendengar makale ingin membuat herbarium.
  • Makale yakin akan menerima bunga walaupun daerahnya jarang ada tanaman.
  • Buku tulis merah milik para siswa telah berisi berbagai cerita, gambar, dan foto, namun buku tulis Makale masih kosong.
  • Di tempat Makale turun hujan yang sangat deras sehingga benih-benih tumbuh dan bunga-bunga merah kecil memenuhi petak kebun.
  • Makale memetik sekuntum bunga merah kemudian menempelkanya di dalam buku.
  • Bu Mala membuka buku tulis merah Makale yang hanya berisi satu halaman dan hanya satu bunga di dalamnya.
  • Bunga terebut merupakan paling berharga di dunia karena hanya mekar sehari dalam setahun.
Baca Juga :  Laporan Pengamatan Perpindahan Kalor Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

2. Tuliskan urutan-urutan insiden pada kisah.

  • Makale tinggal di sebuah desa yang selalu kekeringan.
  • Suatu hari Bu Mala memberi seluruh siswanya masing-masing sebuah buku tulis.
  • Nola ingin menulis catatan harian, Wendi ingin menggambar wajah setiap orang yang ditemui, dan Makale ingin menciptakan herbarium,
  • Bu Mala heran mendengar makale ingin membuat herbarium.
  • Makale ingin membuat herbarium alasannya adalah seorang pelancong memperlihatkan buku herbariumnya yang sangat indah.
  • Bu Mala memberitahu Makale bahwa untuk menciptakan herbarium membutuhkan banyak daun.
  • Makale tahu bahwa untuk membuat herbarium membutuhkan daun atau bunga.
  • Teman-sobat Makale menanyakan di mana daerah makale menerima bunga.
  • Makale yakin akan mendapatkan bunga walaupun wilayahnya jarang ada tanaman.
  • Waktu berlalu dengan cepat dan buku tulis merah milik para siswa telah berisi berbagai dongeng, gambar, dan foto, namun buku tulis Makale masih kosong.
  • Pada suatu hari di kawasan Makale turun hujan yang sangat deras sehingga benih-benih tumbuh dan bunga-bunga merah kecil memenuhi petak kebun.
  • Makale memetik sekuntum bunga merah kemudian menempelkanya di dalam buku.
  • Hari berikutnya bunga-bunga di kebun telah layu karena terbakar matahari.
  • Makale bangga alasannya adalah sudah menciptakan berhasil herbarium dan menunjukannya kepada Bu Mala.
  • Bu Mala membuka buku tulis merah Makale yang hanya berisi satu halaman dan hanya satu bunga di dalamnya.
  • Bunga terebut merupakan paling berharga di dunia sebab hanya mekar sehari dalam setahun.

3. Tulislah kembali dongeng tersebut dengan bahasamu sendiri. Tuliskan dengan ejaan yang benar.

Makale tinggal di sebuah desa yang selalu kekeringan sehingga tidak banyak flora. Suatu hari Bu Mala memberi seluruh siswanya masing-masing sebuah buku tulis.  Nola ingin menulis catatan harian, Wendi ingin menggambar wajah setiap orang yang ditemui, dan Makale ingin menciptakan herbarium.

Bu Mala heran mendengar makale ingin menciptakan herbarium. Ternyata makale ingin menciptakan herbarium karena seorang pelancong menawarkan buku herbariumnya yang sangat indah.

Bu Mala memberitahu Makale bahwa untuk menciptakan herbarium membutuhkan banyak daun. Makale tahu bahwa untuk menciptakan herbarium membutuhkan daun atau bunga.

Teman-sahabat Makale menanyakan di mana kawasan makale menerima bunga. Makale yakin akan mendapatkan bunga walaupun wilayahnya jarang ada tumbuhan.

Waktu berlalu dengan cepat dan buku tulis merah milik para siswa telah berisi aneka macam dongeng, gambar, dan foto, namun buku tulis Makale masih kosong.

Pada suatu hari di tempat Makale turun hujan yang sangat deras sehingga benih-benih tumbuh dan bunga-bunga merah kecil memenuhi petak kebun.

Makale memetik sekuntum bunga merah kemudian menempelkanya di dalam buku. Hari berikutnya bunga-bunga di kebun telah layu karena terbakar matahari.

Makale gembira alasannya sudah menciptakan berhasil herbarium dan menunjukannya kepada Bu Mala. Bu Mala membuka buku tulis merah Makale yang hanya berisi satu halaman dan hanya satu bunga di dalamnya. Bunga terebut merupakan paling berharga di dunia alasannya hanya mekar sehari dalam setahun.

Terima kasih telah membaca artikel di website kabarpandeglang.com, semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi kamu dan bisa dijadikan referensi. Artikel ini telah dimuat pada kategori pendididkan https://kabarpandeglang.com/topik/pendidikan/, Jangan lupa share ya jika artikelnya bermanfaat. Salam admin ganteng..!!