Jakarta – Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy membuka pekan raya tunggal sekaligus launching buku karya seniman seni rupa Indonesia, Jenny Mahastuti, berjudul Gerimis di Tanah Titipan Kanekes di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, Rabu (10/3).
Dalam sambutannya Andika mengucapkan terima kasih dan apresiasi terhadap Jenny karena telah mengangkat kebudayaan penduduk Baduy sebagai karya seni sehingga mampu tolong-menolong dijaga kelestariannya.
“Sampai-hingga saya sengaja mengkhususkan waktu membaca draft buku ini dulu hampir satu minggu saat diminta untuk membuat kata pengantarnya,” kata Andika dalam program yang didatangi oleh sejumlah seniman dan pelopor kebudayaan mirip Sukmawati Soekarno Putri, Meutya Hatta. Tampak hadir juga Don Hasman, fotografer yang pernah mempopulerkan penduduk Baduy melalui bukunya yang berjudul Urang Kanekes. Andika sendiri didampingi Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten Agus Setiawan.
Andika mengapresiasi semua upaya-upaya mengangkat kearifan lokal dan kebudayaan di Banten dari pihak mana pun. Mewakili Pemprov Banten dan warga Banten, Andika merasa besar hati kalau kekayaan budaya Banten dapat terkenal diseluruh dunia. “Dan ketenaran tersebut tentu saja disertai dengan upaya-upaya pelestarian,” katanya.
Andika menyampaikan, Buku Sketsa dan Puisi “Gerimis di Tanah Titipan Kanekes” karya Jenny sangat kaya akan nilai seni dan budaya. Sketsa dan puisi di buku tetsebut menggambarkan nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal masyarakat adat Desa Kanekes atau yang lebih kita kenal dengan Masyarakat Baduy di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Sebagai sebuah mahakarya, Andika berharap buku ini dapat menjadi “duta” yang mampu memajukan keberadaan Masyarakat Baduy selaku penduduk akhlak yang memegang nilai-nilai tradisi. “Dari tradisi dan kearifan lokal masyarakat Baduy, kita mencar ilmu perihal kesederhanaan dan pelestarian lingkungan yang hakiki,” katanya.
Jenny sendiri dalam sambutannya mengatakan, dirinya menghabiskan waktu hampir 16 tahun hingga hasilnya mampu menggelar pameran tunggal dan merilis buku tersebut. “Sampai-hingga aku bisa bahasa Sunda urang Baduy saking seringnya bulak-balik ke sana dalam 16 tahun terakhir ini. Padahal saya orang (suku) Jawa,” katanya.
Usai prosesi launching buku, Jenny kemudian mengajak Andika dan semua tamu undangannya untuk melihat bazar tunggal lukisan dan sketsa karyanya.
Kepada Andika, sambil berkeliling menikmati ratusan lukisan dan bagan bernuansa Baduy, Jenny menerangkan makna dan proses kreatif dari karyanya itu. Tak urung, Jenny pun menghadiahkan dua lukisan bertema bawah umur Baduy untuk Pemprov Banten lewat Andika.
(Fr/red)