Bayang-bayang resesi ekonomi kian nyata. Menteri Keuangan Sri Mulyani dan berbagai lembaga ekonomi memprediksi Indonesia bakal terperosok ke dalam jurang resesi pada kuartal III 2020 mendatang.
Jika benar prediksi tersebut, resesi yang menandai kontraksi perkembangan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut tersebut akan dibarengi dengan lesunya ekonomi dalam rentang waktu yang belum dikenali.
Pasalnya, virus corona yang menjadi penyebab merosotnya ekonomi dunia masih belum pasti kapan berakhirnya. Resesi diperkirakan memengaruhi kemampuan beli masyarakat dan berimbas pada pasokan dan penjual. Berikut adalah tip bisnis biar kebal resesi untuk wirausahawan.
Tinjau Ulang Model Bisnis
Dalam menghadapi resesi, Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning Lusiana Darmawan menyebut pelaku perjuangan wajib meninjau ulang (review) modal bisnis mereka.
Untuk mereka yang telah mempunyai bisnis berlangsung (existing), Lusi menyarankan untuk lebih rajin melaksanakan peninjauan planning. Kalau biasanya meninjau laporan keuangan hanya sekali dalam sebulan, kini mampu dilakukan lebih sering.
Bagi mereka yang belum memiliki pembukuan keuangan, Lusi menyebut ini adalah dikala yang tepat untuk mulai mendesain. Tak perlu rumit-rumit, pembukuan keuangan dapat dimulai dibentuk sesederhana mungkin sesuai dengan model bisnis dan ukuran perjuangan.
Sedangkan, untuk mereka yang gres mau mengawali bisnis di tengah krisis, Lusi menyebut harus membuat model bisnis dengan ketelitian extra . Dia mengingatkan biar tidak lupa konsultasikan terhadap mereka yang sudah berpengalaman di bisnis sejenis.
“Kalau bisa mulai dengan modal kerja sendiri, hindari berutang,” pesannya.
Pegang Cash Keras
Perencana keuangan Aidil Akbar menyebut jelang resesi, cash (uang tunai) adalah raja. Likuiditas juga tak kalah penting. Sementara, penjualan dan arus kas yakni kunci dari bisnis yang kebal resesi.
“Tight money policy dulu, cuma keluar duit untuk yang penting-penting,” katanya.
Agar selamat, ia menyarankan untuk tak menumpuk modal dalam bentuk barang. Dengan lemahnya daya beli saat ini, bisa jadi jumlah produk yang umumnya terjual dalam sebulan sekarang membutuhkan waktu lebih usang.
Selain itu, dia juga menyebut untuk tak memasarkan terlalu banyak varian barang, cukup fokuskan ke produk utama yang laku saja selama krisis.
Andalkan Kreativitas
Di tengah tekanan ekonomi, dianjurkan untuk tak melaksanakan bisnis seperti lazimnya (business as usual). Melainkan, gunakan kreativitas semoga mampu bertahan.
Pebisnis harus mampu menangkap potensi yang ada meski sering kali mesti mengorbankan laba. Aidil mencontohkan memasarkan produk dengan potongan harga atau dalam bentuk paketan murah.
Namun, jikalau masih tak sukses, bisa mencoba untuk mengubah haluan bisnis yang sedang diperlukan oleh masyarakat.
Data Semua Kewajiban
Jangan menganggap remeh kewajiban yang mesti dibayarkan atau jatuh tempo. Lusi mengingatkan untuk memutuskan posisi kas tak mencemaskan.
Untuk mencari tahu, data semua keharusan, aset, serta piutang yang belum tertagihkan. Jika ada uang yang masih ‘nyangkut’ di pihak ketiga, ini yaitu saat yang sempurna untuk menagih cash ekstra tersebut.
Lusi mengingatkan pentingnya mempersiapkan rencana cadangan untuk kondisi mendesak mirip mengambil utang atau memasarkan/menggadaikan aset.
Dengan begitu, Anda mampu mengetahui kemampuan bayar perjuangan serta berapa lama usaha dapat bertahan kalau paceklik ekonomi masih akan berjalan untuk waktu yang belum dapat diputuskan.
Cari Tahu Bantuan yang Ada
Terakhir, Lusi menyampaikan ada baiknya mencari tahu dukungan apa saja yang ketika ini ditawarkan oleh pemerintah. Pasalnya, saat ini banyak tunjangan yang diberikan, khusunya untuk pengusaha mikro dan kecil.
Anda bisa menanyakan kepada bank atau forum peminjam yang lain kalau mampu menunda pembayaran pokok dan bunga cicilan selama pandemi. Atau, mempergunakan subsidi listrik pemerintah.
“Cari tahu keringanan apa yang mampu diperoleh di tengah krisis untuk beban pajak, utang, atau dukungan dari pemerintah di tengah krisis,” pungkas ia.
Sumber : CNNindonesia.com
(fdz.red)