KABARPANDEGLANG.COM – Pasar tradisional pada umumnya yakni daerah jual beli di atas tanah. Kita akan menemui macam-macam warung di dalam pasar. Namun, keadaan tersebut berbeda dengan kondisi Pasar Muara Kuin. Pasar Muara Kuin berbeda dan unik karena aktivitas jual beli berada di atas sungai.
Kegiatan jual beli memakai bahtera-bahtera kecil sebagai lapaknya. Pasar Muara Kuin disebut juga Pasar Apung. Pasar Apung merupakan pasar tradisional unik yang terdapat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Kota Banjarmasin mempunyai kondisi alam yang dilewati banyak sungai. Tak heran kalau kota ini dikenal dengan sebutan negeri seribu sungai. Karena kondisi alam tersebut, masyarakat di tempat tersebut menggunakan prasarana transportasi sungai. Mata pencaharian masyarakat tersebut dipengaruhi oleh warisan budaya suku bangsa Banjar, yakni berdagang.
Mereka memanfaatkan kondisi alam berupa sungai untuk berdagang. Mereka membuka lapak di atas perahu di sepanjang sungai dan menjual barang dagangan berupa hasil bumi.
Pasar Apung merupakan pasar yang tumbuh secara alami karena posisinya yang berada di pertemuan beberapa anak sungai. Pasar ini sudah ada sejak 400 tahun yang lalu. Sampai sekarang Pasar Apung masih menjadi ikon objek wisata di Kota Banjarmasin. Mungkin hanya satu-satunya pasar tradisional terapung yang ada di Indonesia.
Danu pertama kali berkunjung di Kota Banjarmasin. Danu ikut ayah dan ibunya berkunjung di Kota Banjarmasin sebab saudara ibu Danu mempunyai hajatan. Di Kota Banjarmasin Danu bertemu saudara-saudaranya. Saat berkumpul dengan saudara-saudaranya, Danu mengungkapkan keinginannya melihat Pasar Apung.
“Baiklah, Danu. Besok Paman antar kau berkeliling pasar apung dengan bahtera,” kata Paman Rizki.
“Asyik…, aku mau keliling sungai naik perahu, Paman! Ayo, ayah dan ibu ikut serta ya?” kata Danu sambil tersenyum bangga.
Ayah dan ibu tertawa melihat lisan Danu.
“Ayolah, Kak. Sekalian ikut! Besok kan hari Minggu, kini setiap hari Minggu pagi dari pukul 07.00-10.00 WITA, ada acara acara Giat Pasar Terapung. Kegiatan itu diadakan di Siring Sungai Martapura di Jalan P. Tandean,” kata Paman Rizki.
Ayah dan ibu Danu hanya tersenyum mendengar bujuk rayu Paman Rizki. Kemudian, Paman Rizki menjelaskan kepada Danu bahwa masyarakat di Kota Banjarmasin melakukan kegiatan ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya alam berupa sungai.
Hari Minggu pagi, Danu dan keluarganya pergi untuk menikmati keindahan Pasar Apung yang melegenda. Danu sangat bahagia saat menaiki bahtera kecil. Danu kagum dengan transaksi jual beli yang terjadi di atas perahu.
“Wah, mereka sangat keren,” ungkap Danu.
“Beginilah, Nak. Cara hidup masyarakat di sini. Mereka memanfaatkan sungai sebagai jalur transportasi dan daerah berdagang. Kegiatan ekonomi ini sudah berlangsung ratusan tahun yang lalu,” kata Paman Rizki.
“Pantas saja pasar ini termasuk jenis pasar terunik.”
“Iya, Danu. Mungkin hanya di sini kamu mampu melihat pasar mirip ini,” ujar Paman Rizki.
“Benar-benar mengasyikkan, Paman,” kata Danu.
“Wah, pisang-pisang yang dijajakan sangat menarik, Danu. Aku jadi ingin membeli pisang dan kelapa itu,” ungkap ibu Danu.
“Ayo, kita dekati penjual itu,” ajak Paman Rizki.
Ibu Danu menanyakan harga pisang dan kelapa kepada penjual. Kemudian, ibu menawar harga yang diberikan penjual. Kelebihan berbelanja di pasar adalah harga mampu ditawar. Ibu Danu tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Akhirnya, ibu Danu dan penjual mencapai harga akad. Ibu Danu memberikan uang kepada pedagang dan ibu Danu menerima pisang serta kelapa.
“Ayo, kita berkeliling lagi, Paman,” ajak Danu.
“Wah, Danu senang ya? Lihatlah Danu. Di Pasar Apung ini, para pedagang menjajakan dagangannya dengan perahu kayu. Perahu kayu itu dikenal dengan jukung,” terperinci ayahnya.
“Iya, ayah.”
Kemudian, Danu dan keluarga mengelilingi Pasar Apung. Di Pasar Apung Danu melihat beberapa penjual kuliner khas Banjarmasin, mirip soto banjar dan nasi sop banjar. Ada juga beberapa pedagang yang menjual pakaian, kue, dan ikan. Setelah puas berkeliling, Danu dan keluarga kembali ke dermaga penyewaan perahu. Saat pulang, Danu memperhatikan pemandangan sekelilingnya. Di sepanjang sungai Danu menyaksikan pemandangan rumahrumah masyarakat Sungai Barito. Semua rumah masyarakat terbuat dari kayu.
“Ayah, apakah mereka tidak takut tinggal di pedoman sungai?” Tanya Danu kepada ayahnya.
“Sudah sejak dari lahir mereka tinggal di sini Danu. Mereka sudah terbiasa hidup berdampingan dengan alam,” kata ayah.
“Apakah rumah-rumah kayu itu tahan dari air sungai, Yah?”
Tiba-tiba Paman Rizki menjawab pertanyaan Danu, “Rumah-rumah di sini tidak mudah rusak walaupun materi bangunannya terbuat dari kayu, Danu. Kayu yang digunakan untuk membangun rumah masyarakat di sini yakni kayu ulin. Kayu ulin terkenal berpengaruh dan semakin kuat apabila terkena air,” terang Paman Rizki.
“Berarti kayu ulin banyak terdapat di sini ya, Paman?”
“Iya, Danu. Masyarakat di sini memanfaatkan hasil hutan berupa kayu ulin untuk membangun rumah,” jawab Paman Rizki.
Ayah dan ibu Danu mengajak Danu dan Paman Rizki makan soto banjar. Kemudian, mereka menuju warung yang menjual soto khas banjar. Mereka memesan soto banjar dan beberapa minuman.
“Ayah minum air mineral dan Paman memesan es teh?” Tanya Danu.
“Iya,” tanggapan Ayah. Paman Rizki mengangguk sambil tersenyum.
“Kenapa Danu?” Tanya Paman.
“Itu berarti ayah mengonsumsi zat tunggal alasannya adalah meminum air putih. Sedangkan Paman Rizki mengonsumsi zat gabungan alasannya adalah meminum es teh. Es teh terdiri atas air, teh, dan gula,” terperinci Danu.
Hampir bersamaan ibu, ayah, dan Paman Rizki tertawa mendengar penjelasan Danu.
“Sudahlah Danu, mari kita makan dahulu. Jangan lupa berdoa terlebih dahulu, ya?” pesan ibu.
“Silakan menikmati,” ujar Paman Rizki.
“Iya, Bu. Ini pengalaman pertama Danu makan di atas bahtera.”
Mereka menikmati soto banjar. Setelah makan, mereka berfoto bersama dengan latar pasar apung. Setelah puas, mereka kembali ke dermaga. Beberapa menit kemudian, Danu dan keluarga sudah hingga di dermaga. Paman membayar sewa jukung. Kemudian, mereka naik ke daratan.
Menurut penjelasan Paman Rizki, seiring dengan perkembangan zaman, Pasar Apung ini menjadi daerah tujuan wisata andalan di Kota Banjarmasin. Objek wisata Pasar Apung ini cukup diminati wisatawan alasannya letaknya mudah dijangkau. Lokasinya yang berada di bersahabat Kota Banjarmasin menjadikan banyak orang menyempatkan diri menikmati keunikan Pasar Apung tersebut.
Danu mendengarkan klarifikasi Paman Rizki. Danu menjadi paham bahwa kondisi alam di tempat ini memengaruhi acara ekonomi penduduk. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka memanfaatkan sumber daya alam, berupa sungai untuk sarana transportasi dan tempat berdagang.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Di mana letak Pasar Apung?
Di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan
2. Sumber daya alam apa yang dimanfaatkan masyarakat yang tinggal di tepi Sungai Barito?
Sumber daya sungai
3. Apakah yang dimaksud dengan zat tunggal dan zat adonan?
Zat Tunggal
Zat tunggal merupakan zat yang terdiri atas bahan sejenis. Contoh benda termasuk dalam zat tunggal adalah air, garam, gula, dan emas 24 karat.
Campuran
Campuran yakni zat yang terdiri atas beberapa jenis bahan atau zat tunggal. Campuran dapat dibedakan menjadi adonan homogen dan gabungan heterogen.
4. Mengapa es teh disebut sebagai zat adonan?
Karena es teh terdiri dari 3 bahan, yaitu teh, air, dan gula
5. Apakah mata pencaharian masyarakat Banjar dipengaruhi kondisi alam di kawasan tersebut?
Masyarakat Banjar memanfaatkan sumber daya alam, berupa sungai untuk sarana transportasi dan daerah berdagang.
Terima kasih telah membaca artikel di website kabarpandeglang.com, semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi kamu dan bisa dijadikan referensi. Artikel ini telah dimuat pada kategori pendididkan https://kabarpandeglang.com/topik/pendidikan/, Jangan lupa share ya jika artikelnya bermanfaat. Salam admin ganteng..!!