Topeng Motif Nusantara

Topeng Motif Nusantara

KABARPANDEGLANG.COM – Topeng yaitu benda dari kertas, kayu, plastik, kain, atau logam yang digunakan menutup wajah seseorang. Pada sebagian besar masyarakat dunia, topeng memegang peranan penting dalam berbagai sisi kehidupan yang menyimpan nilai-nilai magis dan suci.

Ini alasannya adalah peranan topeng yang besar sebagai simbol-simbol khusus dalam banyak sekali uparaca dan acara budbahasa yang luhur. Kehidupan masyarakat modern dikala ini menempatkan topeng sebagai salah satu bentuk karya seni tinggi. Tidak hanya alasannya keindahan estetis yang dimilikinya, tetapi sisi misteri yang tersimpan pada raut wajah topeng tetap bisa memancarkan kekuatan magis yang sulit dijelaskan.

Topeng telah ada di Indonesia sejak zaman prasejarah. Secara luas dipakai dalam tari topeng yang menjadi bagian dari upacara etika atau penceritaan kembali dongeng-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa topeng berkaitan akrab dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi dewa-tuhan.

Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi banyak sekali acara seni dan budpekerti sehari-hari. Beberapa topeng di Indonesia pun dipakai sebagai hiasan di dalam rumah atau di luar rumah.

Topeng motif nusantara yaitu ragam bentuk topeng yang ada di seluruh pelosok Indonesia. Motif topeng terbatas hingga wajah atau muka manusia dan hewan saja, dan motif yang terdapat dalam topeng lebih sederhana. Motif topeng yang berlaku secara tradisi dapat digolongkan sebagai berikut :

  • Motif manusia dan segala sesuatu yang dimanusiakan mirip : Dewa-dewi, Betara-betari, Raksasa-raksasi, dan sebagainya.
  • Motif binatang dan segala sesuatu yang dibinatangkan seperti : Naga, Paksi atau Garuda, Singaambara, dan lain-lainnya.

Di beberapa daerah di Indonesia terdapat keenian yang memakai topeng, misalnya di Cirebon, Yogyakarta, Surakarta, dayak, malang, dan Bali. Beberapa kesenian topeng Indonesia antara lain:

Baca Juga :  Teks Ulasan Sederhana Menciptakan Infused Water.

1. Topeng Cirebon

Jumlah Topeng seluruhnya ada 9 (sembilan) buah, adalah : Panji, Samba atau Pamindo, Rumyang, Tumenggung atau Patih, Kelana atau Rahwana, Pentul, Nyo atau Semblep, Jinggannom dan Aki-aki. Dari kesembilan topeng tersebut yang dijadikan sebagai topeng pokok hanya 5 (lima) buah adalah : Panji atau Samba, Rumyang, Tumenggung dan Kelana atau sering disebut Topeng Panca Wanda. Berikut kelima topeng pokok tersebut :

  • Panji, wajahnya yang putih higienis melambangkan kesucian bayi yang gres lahir
  • Samba (Pamindo), topeng ini berwarna putih dan menggambarkan belum dewasa yang berwajah ceria, lucu, dan lincah
  • Rumyang, topeng ini berwarna merah muda dan wajahnya menggambarkan seorang cukup umur pada kurun pandai baligh.
  • Patih (Tumenggung), topeng ini berwarna cokelat atau merah yang menggambarkan orang cukup umur yang berwajah tegas, berkepribadian, serta bertanggung jawab
  • Kelana (Rahwana), topeng ini berwarna merahyang menggambarkan seorang pemarah, jahat, dan angkara marah.

Empat topeng lainnya hanya dipakai apabila dibentuk cerita/lakon tertentu. Seperti cerita Jaka Blowo, Panji Blowo, Panji Gandrung dan lain-lain. Berikut ini yakni arti dan makna empat topeng tambahan, yaitu sebagai berikut :

  • Pentul menggambarkan seorang pawongan / punakawan yang selalu rendah hati, tidak sombong dan selalu setia kepada tuannya.
  • Nyo / Semblep menggambarkan seorang Emban atau Parkan atau juga seorang Inang Pengasuh.
  • Jinggaanom menggambarkan seorang Abdi Negara dan Abdi masyarakat Yang senantiasa menempatkan kepentingan langsung atau golongan.
  • Aki-aki menggambarkan kehidupan manusia di masa renta.

2. Topeng Jogja

Dalam pagelaran Wayang Wong yang di ciptakan oleh Hamengku Bhuwono I dalam pengekspresian huruf gerak tari tokoh-tokoh wayang untuk peran simpanse dan raksasa dalam pentas Ramayana maupun Mahabharata pemainnya dilengkapi dengan pemakaian topeng, sedangkan untuk tokoh jagoan dan wanita tidak mengenakan topeng. Dalam pementasan Wayang Orang Gedog punakawan Pentul dan Tembem mengenakan topeng separuh muka.

Baca Juga :  Mengidentifikasi Globalisasi Di Sekitar Kita

3. Topeng Surakarta

Topeng gaya Surakarta hampir sama dengan gaya Yogyakarta hanya terdapat perbedaan pada kumis yang terbuat dari bulu. Tokoh punakawan Bancak dan Doyok juga mengenakan topeng separuh muka seperti gaya Yogyakarta. Topeng surakarta bercirikan rias wayang orang gaya Surakarta, ialah ksatria yang digambarkan dengan wajah putih, mata sipit, dan bibir demes atau rapi.

4. Topeng Bali

Di Bali Topeng bukan hanya sekadar seni tari belaka, tetapi topeng juga menjadi komplemen dalam ritual keagamaa. Tokoh-tokoh utama yang terdapat dalam dramatari Topeng terdiri dari Pangelembar (topeng Keras dan topeng renta), Panasar (Kelihan – yang lebih bau tanah, dan Cenikan yang lebih kecil), Ratu (Dalem dan Patih) dan Bondres (rakyat). Jenis-jenis dramatari topeng yang ada di Bali ialah :

  • Topeng Pajegan yang ditarikan oleh seorang pemain film dengan memborong semua peran-tugas yang terdapat didalam lakon yang dibawakan. Topeng Pajegan ialah ritual yang mengiringi upacara keagamaan Hindu dalam budaya Bali yang diakhiri dengan Topeng Sidakarya sebagai puncak dari ritual itu.
  • Topeng Sidakarya Di dalam topeng Pajegan ada topeng yang mutlak harus ada, yaitu topeng Sidakarya. Demikian eratnya relasi topeng Pajegan dengan upacara keagamaan, maka topeng ini pun disebut Topeng Wali.
  • Topeng Panca yang dimainkan oleh empat atau lima orang penari yang memainkan peranan yang berbeda-beda sesuai tuntutan lakon,
  • Topeng Prembon yang menampilkan tokoh-tokoh adonan yang diambil dari Dramatari Topeng Panca dan beberapa dari dramatari Arja dan Topeng Bondres, seni pertunjukan topeng yang masih relatif muda yang lebih mengutamakan penampilan tokoh-tokoh lucu untuk menyajikan humor-humor yang segar.
Baca Juga :  Pendidikan Karakter untuk Indonesia yang Lebih Baik

5. Topeng Dayak

Di kawasan Pulau Kalimantan, suku Dayak menggunakan topeng dalam Tari Hudog yang sering dimainkan dalam upacara keagamaan. Hudoq adalah kesenian tarian yang menggunakan topeng dan kostum, oleh karena itu Hudoq termasuk golongan kesenian barongan.

Menurut doktrin tradisional orang Bahau, Busang, Modang, Ao’heng dan Penihing, Hudoq yakni 13 hama yang merusak flora mirip tikus, singa, gagak, dan lain-lain. Dalam festival tersebut Hudoq dilambangkan oleh penari yang mengenakan topeng yang mewakili hama.

6. Topeng Malang

 atau logam yang dipakai menutup wajah seseorang Topeng Motif Nusantara
Reog

Topeng Malang merupakan pementasan wayang Gedog yang dalam pertunjukannya mempergunakan topeng. Dalam pementasannya mengetengahkan ceritera-ceritera Panji dengan tokoh-tokohnya mirip : Panji Inu Kertapati, Klana Swandana, Dewi Ragil Kuning, Raden Gunungsari, dan lain-lain. Para penari mengenakan topeng dan menari sesuai dengan abjad tokoh yang dimainkan.

7. Topeng Reog

Lebih lazim disebut tari Reog Ponorogo, tari ini juga mengenakan topeng yang berasal dari Ponorogo. Adegan terakhir dalam reog yaitu singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak.

Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual mirip puasa dan tapa.

Terima kasih telah membaca artikel di website kabarpandeglang.com, semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi kamu dan bisa dijadikan referensi. Artikel ini telah dimuat pada kategori pendididkan https://kabarpandeglang.com/topik/pendidikan/, Jangan lupa share ya jika artikelnya bermanfaat. Salam admin ganteng..!!