Jenis Jenis Teks Kelas Vii

KABARPANDEGLANG.COM – Kurikulum 2013 menyadari peran penting bahasa sebagai wahana untuk menyebarkan pengetahuan dari seseorang ke orang-orang lain. Penerima akan mampu menyerap pengetahuan yang disebarkan terebut hanya jika menguasai bahasa yang dipergunakan dengan baik, dan demikian juga berlaku untuk pengirim.

Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII disusun dengan berbasis teks, baik ekspresi maupun tulis, dengan menempatkan Bahasa Indonesia sebagai wahana pengetahuan. Sesuai dengan pendekatan yang dipakai dalam Kurikulum 2013, siswa diajak menjadi berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Berikut ini adalah jenis-jenis teks yang diajarkan di kelas VII.

A. Teks Laporan Hasil Observasi

Teks hasil observasi disebut juga teks laporan observasi atau teks laporan. Teks hasil observasi ialah teks hasil pengamatan, secara rinci, sistematis dan bersifat aktual (semua yang berada di teks tersebut benar benar ada atau berdasarkan fakta).

Struktur Teks 

Teks laporan hasil observasi terdiri atas bagian pembuka berupa definisi umum, bagian isi berupa deskripsi bab, dan bab simpulan berupa deskripsi kegunaan.

Unsur Kebahasaan

Unsur kebahasaan dalam teks laporan hasil observasi berupa tumpuan kata, konjungsi, kata berimbuhan, dan kelompok kata.

  1. Rujukan kata. Rujukan kata ialah satu kata merujuk pada kata lain yang menunjukkan keterkaitan. Rujukan kata berhubungan dengan kata ganti (kata ganti orang, kepunyaan, dan penunjuk) Kata acuan dibedakan menjadi beberapa yaitu:  Rujukan benda atau hal  : ini, itu, tersebut.  Rujukan tempat  :di sini, di situ, di sana.  Rujukan personil/orang atau yang diperlakukan mirip orang: dia, ia, mereka,ia. Contoh: Indonesia memiliki hutan lebat yang memberikan banyak oksigen. Di negara ini terdapat flora dan binatang yang khas, seperti matoa, kayu cendana, burung cendrawasih, orang utan, dan komodo. Kata di negara ini merujuk pada kata Indonesia. Kata Indonesia merupakan kata yang dirujuk.
  2. Kelompok kata (frasa). Frasa ialah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non-predikatif maksudnya di antara kedua kata itu tidak ada yang berkedudukan sebagai predikat dan hanya memiliki satu makna gramatikal. Berdasarkan jenis/kelas kata frasa terbagi menjadi : Frasa nominal, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata benda. Dapat berfungsi menggantikan kata benda. Contoh :buku tulis, lemari besi, ibu bapak. Frasa mulut, yakni frasa yang unsur pembentukannya berinti kata kerja. Dapat berfungsi menggantikan kedudukan kata kerja dalam kalimat. Contoh : sedang belajar, akan datang, belum muncul, gres menyadari, tidak mandi Frasa ajektiva, ialah frasa yang unsur pembentukannya berinti kata sifat. Contoh : cukup cerdik, tidak anggun, hitam anggun Frasa preposisional, adalah frasa yang unsur pembentukannya menggunakan kata depan. Contoh: di rumah,  dari Bandung,  ke pantai
  3. Kata berimbuhan Kata berimbuhan ialah kata dasar yang mendapat awalan (prefiks), akhiran (sufiks), dan sisipan (infiks). Contoh: Lingkungan hidup yang terpelihara dapat menyelamatkan habitat insan sebab keseimbangannya terjaga.
  4. Kata hubung (Konjungsi) Konjungsi yaitu kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih. Konjungsi disebut juga dengan istilah kata sambung, kata hubung, dan kata penghubung. Berdasarkan fungsinya, konjungsi dibagi menjadi dua: Konjungsi Intrakalimat yakni kata yang menghubungkan satuan- satuan kata dengan kata, klausa dengan klausa dan frasa dengan frasa. Konjungsi intrakalimat di bagi menjadi dua yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.  Konjungsi yang menghubungkan antara dua klausa atau beberapa klausa lain tetapi memiliki sintaksis yang sama, diantaranya yaitu : dan, tetapi, atau, melainkan, sedangkan, lalu, lalu, padahal. Konjungsi Subordinatif ialah konjungsi yang menghubungkan antara dua klausa atau beberapa klausa lain tetapi mempunyai sintaksis yang tidak sama, diantaranya yaitu : saat, jika, seandainya, supaya, walaupun, seolah-olah, alasannya adalah, sampai-hingga, bahwa.
  5. Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Konjungsi ini selalu memulai satu kalimat yang baru dan abjad pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Ada beberapa macam konjungsi antarkalimat yang kita kenal, antara lain sebagai berikut. biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu (menyatakan kesediaan untuk melaksanakan sesuatu) kemudian, setelah itu, sesudah itu, selanjutnya, komplemen pula, lagi pula, selain itu
  6. Kata Baku dan tidak Baku. Kata Baku aadalah kata yang menjadi standar dalam penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, sudah niscaya terdapat dalam kamus ialah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang setiap 5 tahun mengalami perubahan. Kata Tidak Baku yaitu kata yang tidak menjadi standar dalam penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional. kata tidak baku sudah niscaya tidak ada dalam KBBI. kata baku dan tidak baku juga digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi.
Baca Juga :  Teks Observasi Wacana Taman Nasional

B. Teks Deskripsi

Teks deskripsi yakni teks yang berisi gambaran sifat-sifat benda yang dideskripsikan. Dengan kalimat deskripsi, pembaca seperti melihat, mendengar, dan mencicipi sendiri wacana hal yang disampaikan dalam suatu teks.

Struktur Teks

Struktur teks deskripsi terdiri dari deskripsi umum dan deskripsi bagian. Teks deskripsi tersusun atas beberapa struktur yaitu deskripsi umum dan deskripsi bagian Pada sketsa deskripsi umum dijelaskan ihwal definisi/identitas objek yang dideskrpsikan.

Pada bab deskripsi bagian dijelaskan pengklasifikasian objek yang dideskripsikan. Pengklasifikasian dijelaskan secara lebih rinci dengan memberikan citra-gambaran yang terperinci.

Unsur kebahasaan teks deskripsi sama dengan teks laporan hasil observasi.

C. Teks Eksposisi

Teks eksposisi merupakan paragraf atau karangan yang didalamnya terkandung sejumlah berita dan pengetahuan yang disajikan secara singkat, padat, dan akurat. Teks eksposisi berfungsi untuk memaparkan dan menjelaskan suatu isu. Tujuan tersebut mampu dengan mudah kita pahami berdasarkan eksposisi berarti ‘menyingkap’ atau ‘membongkar’.

Teks eksposisi mampu berisi satu topik (permasalahan) tertentu. Topik yang berisi permasalahan tersebut lalu dikaji berdasarkan sudut pandang penulis. Di sini tugas penulis yaitu berusaha mengambarkan, mengevaluasi, atau mengklarifikasi permasalahan tersebut.

Struktur Teks Eksposisi

Teks eksposisi disusun dengan struktur yang terdiri atas pernyataan pendapat (tesis), argumentasi, dan penegasan ulang pendapat. Bagian pernyataan pendapat (tesis) berisi perihal pendapat yang dikemukakan oleh penulis teks.

Baca Juga :  Peran Tokoh Perumus Uud Tahun 1945

Bagian argumentasi berisi ihwal argumen-argumen (alasan) yang mendukung pernyataan penulis, sedangkan penegasan ulang berisi tentang pengulangan pernyataan yang dipakai untuk meyakinkan pembaca perihal kebenaran pernyataan (tesis). Struktur teks eksposisi terdiri atas tiga bab: tesis, argumentasi, dan penegasan ulang.

Unsur Kebahasaan Teks Eksposisi

Pronomina

Pronomina atau kata ganti yaitu jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina. Pronomina dapat diklasifikasikan menjadi dua macam adalah pronomina persona dan pronomina nonpersona.

Pronomina Persona (kata ganti orang) ialah Persona Tunggal.

Contohnya seperti dia, beliau, anda, kau, aku, saudara, -nya, -mu, -ku, si-., dan Persona Jamak Contohnya seperti kita, kami, kalian, mereka, hadirin, para. Pronomina Nonpersona (kata ganti bukan orang) ialah Pronomina Penunjuk contohnya seperti ini, itu, sini, situ, sana. dan pronomina penanya contohnya seperti apa, mana, siapa.

Kata Leksikal (Nomina, Verba, Adjektiva, Adverbia)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 805) Leksikal ialah berkaitan dengan kata; berkaitan dengan leksem; berkaitan dengan kosa kata. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Makna Leksikal adalah makna yang berkaitan dengan kata, leksem, ataupun kosakata.

Nomina (kata benda)

Merupakan kata yang mengacu pada benda, baik konkret maupun abstrak. Dalam kalimat berkedudukan sebagai subjek. Dilihat dari bentuk dan maknanya ada yang berbentuk nomina dasar maupun nomina turunan. Nomina dasar misalnya gambar, meja, rumah, pisau. Nomina turunan misalnya perbuatan, pembelian, kekuatan, dll.

Verba (kata kerja)

Merupakan kata yang mengandung makna dasar perbuatan, proses, atau keadaan yang bukan sifat. Dalam kalimat biasanya  berfungsi sebagai predikat. Verba dilihat dari bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu : Verba dasar merupakan verba yang belum mengalami proses morfologis (afiksasi, reduplikasi, komposisi). Contohnya mandi, pergi, ada, datang, turun, jatuh, tinggal, datang, dll.

Verba turunan merupakan verba yang telah mengalami perubahan bentuk dasar alasannya proses morfologis (afiksasi, reduplikasi, komposisi). Contohnya melebur, mendarat, berlayar, berjuang, memukul-mukul, makan-makan, basuh muka, mempertanggungjawabkan, dll.

Adjektiva (kata sifat)

Merupakan kata yang yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, dan binatang. Contohnya elok, gagah, indah, menawan, berlebihan, lunak, lebar, luas, negatif, nyata, jernih, hambar, jelek, dan lain-lain.

Adverbia (kata keterangan)

Merupakan kata yang melengkapi atau memperlihatkan isu berupa keterangan tempat, waktu, suasana, alat, cara, dan lain-lain. Contohnya di-, dari-, ke-, sini, sana, mana, ketika, dikala, mula-mula, dengan, menggunakan, berdiskusi, dan lain-lain.

Konjungsi

Konjungsi mampu dipakai dalam teks eksposisi untuk memperkuat argumentasi. Suatu jenis konjungsi dapat digunakan dengan menggabungkannya dengan konjungsi yang sejenis dalam suatu kalimat yang saling berkorelasi sehingga membentuk koherensi antarkalimat. Dapat pula mengombinasikan beberapa jenis konjungsi dalam suatu teks sehingga tercipta keharmonisan makna maupun struktur.

Konjungsi temporal mirip mula-mula, lalu, kemudian, sesudah itu, alhasil dapat dipakai bersamaan untuk menata argumentasi dengan cara mengurutkan dari yang penting menuju ke yang kurang penting atau sebaliknya.

Baca Juga :  Pementasan Teater

Konjungsi sebab-akibat mampu dipakai untuk menyuguhkan isu asal-muasal suatu insiden atau peristiwa dan imbas yang ditimbulkan dari insiden tersebut. Konjungsi penegasan mirip pada kenyataannya, lalu, lebih lanjut, bahkan dipakai untuk mengurutkan isu dari yang berpengaruh menuju yang lemah atau sebaliknya.

D. Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi yaitu teks yang menjelaskan tentang keadaan sesuatu sebagai balasan dari sesuatu yang lain yang telah terjadi sebelumnya dan menjadikan sesuatu yang lain lagi akan terjadi kemudian. Teks eksplanasi tersebut menjelaskan wacana proses terjadinya atau terbentuknya fenomena alam atau sosial.

Dengan kata lain, teks eksplanasi kompleks yakni teks yang menjelaskan perihal keadaan, proses terjadinya sesuatu/fenomena. Teks eksplanasi memiliki fungsi sosial, yaitu menawarkan penjelasan kepada masyarakat perihal proses terjadinya sesuatu berdasarkan prinsip sebab-akibat.

 menyadari peran penting bahasa sebagai wahana untuk menyebarkan pengetahuan dari seseoran Jenis Jenis Teks Kelas VII

Struktur Teks Eksplamasi

Teks eksplanasi disusun dengan struktur teks pernyataan umum (pembukaan) diikuti oleh urutan alasannya adalah-balasan. Tahap pernyataan umum merupakan pembuka tentang hal yang akan dijelaskan, pernyataan umum di dalam teks tersebut merupakan citra awal ihwal apa yang disampaikan. Kalimat yang ada di dalam pernyataan bersifat umum.

Unsur Kebahasaan

Kata Serapan

Unsur serapan dalam bahasa Indonesia mampu dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti titik beku.

Unsur serapan tersebut digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara abnormal. Kedua, unsur ajaib yang penulisan dan pengucapannya diadaptasi dengan kaidah bahasa Indonesia, mirip hidrologi.

Konjungsi

Setiap bahasa mempunyai bentuk konjungsi yang berbeda-beda. Akan tetapi, pada umumnya berdasarkan tugas dan fungsi konjungsi, setiap bahasa memiliki dua jenis konjungsi, ialah konjungsi eksternal dan konjungsi internal.

Konjungsi Eksternal

Konjungsi eksternal merupakan konjungsi yang menghubungkan dua insiden, deskripsi benda, atau kualitas di dalam klausa kompleks atau antara dua klausa simpleks. Konjungsi internal merupakan konjungsi yang menghubungkan argumen atau pandangan baru yang terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa.

Konjungsi eksternal mempunyai empat kategori makna, yaitu penambahan (contoh: dan, atau), perbandingan (pola: tetapi, sementara), waktu (pola: setelah, sebelum, semenjak, saat), dan alasannya-akhir (pola: sehingga, alasannya, alasannya, bila, walaupun, meskipun).

Konjungsi Internal

Konjungsi internal adalah konjungsi yang menghubungkan argumen atau ilham yang terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa.. Konjungsi internal juga dapat dibagi ke dalam empat kategori makna, yakni penambahan (contoh: selain itu, di samping itu, lebih lanjut),

perbandingan (acuan: akan tetapi, sebaliknya, sementara itu, di sisi lain), waktu (contoh: pertama, kedua …., kemudian, lalu, berikutnya), dan alasannya-akhir (pola: kesudahannya, sebagai akhir, jadi, kesudahannya).

Terima kasih telah membaca artikel di website kabarpandeglang.com, semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi kamu dan bisa dijadikan referensi. Artikel ini telah dimuat pada kategori pendididkan https://kabarpandeglang.com/topik/pendidikan/, Jangan lupa share ya jika artikelnya bermanfaat. Salam admin ganteng..!!