LEBAK – Operasional pesantren berbudidaya jamur tiram di masa Pandemi Covid-19 hasil pemasaran untuk makan para santri dan operasional pesantren pandemi covid-19 telah berpengaruh kepada perekonomian penduduk dan ekonomi pesantren di Kabupaten Lebak. Untuk itu, pondok pesantren (Ponpes) dituntut untuk inovatif dan inovatif dalam menciptakan peluang usaha.
Contohnya, Ponpes Al-Kanza di Koeng, Desa Malabar, Kecamatan Cibadak, melakukan budidaya jamur tiram dan hasilnya dimanfaatkan untuk operasional pesantren.
Civitas akademika Ponpes Al-Kanza memiliki unit perjuangan budidaya jamur tiram sejak awal tahun 2020. Kegiatan usaha tersebut telah membuahkan hasil dan memperlihatkan faedah untuk mendukung kegiatan pesantren. Bahkan, para santri yang berasal dari keluarga tidak mampu mendapatkan topangan ongkos dari hasil pemasaran jamur tiram. Karena biaya makan dan operasional berguru mengajar di pesantren terpenuhi dari unit usaha tersebut.
Dalam sehari, pengelola Ponpes Al-Kanza mendapatkan jamur tiram kurang lebih sebanyak 85 kilogram. Jamur tiram tersebut dijual terhadap pedagang yang tiap pagi datang ke pesantren dengan harga Rp10 ribu per kilogram.
Kaprikornus, dalam satu hari pesantren rata-rata mendapatkan penghasilan dari penjualan jamur tiram Rp 850 ribu,” terang Pimpinan Ponpes Al-Kanza Kiyai Ade Bujhaerimi Selasa (22/12/2020).
Bujhaerimi menuturkan, Ponpes Al-Kanza baru dirintis sekira satu tahun lalu. Sebagian besar santri yang mondok di pesantren tersebut berasal dari keluarga tidak mampu. Karena itu, dirinya menggratiskan ongkos mondok kepada santri dari keluarga tidak bisa dan anak yatim piatu. Di perjalanan, terjadi tragedi non-alam pandemi Covid-19 yang melanda dunia, tergolong Indonesia. Untuk itu, Ade berpikir keras untuk tetap mampu menghidupi pesantren dan memberi makan para santri yang mondok di Ponpes Al-Kanza. Dengan bekal wawasan tentang budidaya jamur tiram, Ade bersama para ustadz dan santri bahu membahu mendirikan tempat usaha budidaya jamur tiram. Berdiri bangunan semi permanen berskala kurang lebih 5 x 6 meter dan terisi ribuan Baglog atau media tumbuh jamur tiram. Baglog dibungkus dalam plastik yang berisi serbuk gergaji dan campurannya.
“Hasilnya cukup memuaskan. Karena dalam sehari, kami bisa menghasilkan 85 kilogram jamur tiram,” ungkap laki-laki yang menjabat Ketua Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kabupaten Lebak.
Ade menegaskan, ekonomi pesantren yang sempat terganggu akibat pandemi Covid-19 kini sudah mulai wajar kembali. Bahkan, keunggulan penghasilan dari pemasaran jamur tiram disimpan untuk pengembangan pesantren. Karena rencananya, Ponpes Al-Kanza juga akan menyebarkan perjuangan budidaya ikan lele untuk menopang acara ekonomi pesantren. Dua unit perjuangan tersebut diyakini akan bisa menunjukkan pengaruh aktual di tengah kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia semenjak awal 2020 lalu.
“Saya bersyukur, para ustadz dan santri di sini memiliki semangat dalam mengerjakan usaha ini. Bahkan, dengan kebersamaan, kita bisa melewati krisis balasan pandemi Covid-19,” ujarnya.
Untuk itu, Ade Bujhaerimi mengajak kepada pimpinan ponpes di Lebak untuk kreatif dan inovatif dalam menangkap kesempatan perjuangan di wilayahnya. Jika memungkinkan, lakukan budidaya jamur tiram, ikan lele, ikan nila, dan kerajinan tangan lainnya yang dapat menopang perekonomian warga pesantren. Jika terkendala duduk perkara wawasan, Ade siap membantu pesantren yang ada di Lebak untuk menularkan pengetahuan tentang budidaya jamur tiram dan yang lainnya.
“Potensi usaha budidaya jamur tiram dan ikan lele cukup besar. Karena itu, saya mengajak kepada pimpinan ponpes di Lebak untuk melakukan pemberdayaan di peantren, sehingga ekonomi pesantren tetap stabil meskipun diterjang badai pandemi Covid-19,” pungkasnya.
(Red)