Orang yang bijak akan selalu menyikapi masalah asmara dengan logik. Tapi masalahnya cinta itu adalah urusan hati, tidak bisa dipaksa datang dan pergi sesuka hati.
Tidak bisa diperintah untuk menyukai seseorang susai dengan akal sehat kita.
1. Penelitian: Hati Itu Bisa Dipenuhi Oleh Pikiran
Sebuah studi psikologi berjudul Regulation of Romantic Love Feelings: Preconceptions, Strategies, and Feasibility berpendapat bawha setidaknya hati bisa dipengaruhi oleh pikiran.
Tergantung apa yang sedang dipikirkan, setiap orang bisa meningkatkan kadar cinta mereka atau justru menguranginya.
Para peneliti menyebutnya ‘regulasi cinta.’ Para peneliti melakukan penelitian kepada para partsipan yang berada dalam hubungan romantis diminta mengisi tentang apa yang mereka rasakan tentang hubungan yang sedang dijalani.
Mereka diminta untuk menilai pertanyaan seperti “Cinta itu tak dapat dikendalikan,” dan “Setiap orang bisa mengontrol seberapa terikatnya mereka dengan seseorang,” menggunakan skala penilaian 1 sampai 9.
Data yang dikumpulkan dari kuesioner mengungkapkan bahwa sebagian besar mereka bisa mengandalikan perasaan mereka lebih efektif ketika dekat dengan pasangannya secara emosional.
2. Hati Bisa ‘Ditipu’ untuk Lebih Mencintai atau Mematikan Rasa
Dari penelitian tersebyt menunjukkan bahwa kurang lebih sama, sebanyak 20 orang sedang menjalani komitmen dan 20 orang yang baru mengakhiri hubungan diminta untuk mengisi kuesioner yang sama.
Setelah itu gelombang otak mereka dipantau sembari memandang 30 foto pasangan dan mantan masing-masing.
Mereka diminta untuk membayangkan hal-hal positif dan negatif yang berkaitan dengan masa depan mereka dan mantan masing-masing.
Penelitian mengungkapkan bahwa mereka lebih mudah mengatur rasa cinta mereka kepada pasangannya.
Mereka merasa lebih dekat dengan pasangannya. Disisi lain pikiran negatif mereka membuat perasaan cinta jauh lebih sulit dikendalikan.
Sehingga mengurangi kedekatan emosional dan perasaan tergila-gila kepada pasangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kontrol lebih atas perasaan cinta mereka.
Dengan berpikir positif tentang pasangan kita akan menghidupkan kembali romansa yang sudah dingin. Jika ingin melupakan seseorang lebih cepat jika memikirkan hal negatf tentangnya.
Para prsikologi masih belum beernai mengatakan bahwa cinta bisa dikendalikan sepenuhnya oleh kepala. Akan tetapi setidaknya manusia bisa membentuk dan mempengaruhi emosi dengan pola pikirnya.