Ponsel Jadi Ancaman Serius Warga Baduy

Default Social Share Image

LEBAK — Ancaman sosial dan budaya kini mengintai generasi muda warga Kanekes atau yang lebih diketahui Baduy. Jika dulu warga Baduy terkenal dengan ketaatannya kepada pikukuh, kini lambat laun semua tergerus kemajuan zaman.

“Saat ini tercatat ada 9.000 nomor telepon seluler atas nama warga Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Ciboleger, Kabupaten Lebak yang terdaftar di Dinas Kominfo (Komunikasi dan Informatika) Kabupaten Lebak. Dari 9.000 nomor itu, yang aktif sekitar 6.000 nomor,” kata pemerhati problem Baduy, Uday Suhada beberapa waktu kemudian.

Menurut Uday, alat komunikasi seperti smartphone kini telah tidak gila lagi bagi warga Baduy. Usia belum dewasa sampai sampaumur, sekarang telah bersahabat bermain sosial media. Bahkan diantara mereka telah ada yang berniaga dengan mempergunakan ponsel berakal tersebut.

Baca Juga :  5 Kesalahan Cowok Saat Nembak Cewek Lewat Chat

“Disadari atau tidak, ini akan membawa pengaruh sosial dan budaya bagi masyarakat Baduy yang sebelumnya berpegang teguh pada tradisi dan fatwa turunan nenek moyang mereka. Ada kegelisahan satu generasi Baduy akan hilang,” papar pegiat anti korupsi Banten ini.

Kata beliau, sangat jelas Baduy dikala ini mengalami banyak pergeseran yang membahayakan. Bahkan, terancam kehilangan satu generasi. Penyebab terutama yaitu kemajuan teknologi. Yang terjadi dikala ini, lanjut ia, android yang dimiliki dan digunakan bawah umur Baduy dengan sendirinya mengubah contoh pikir, perilaku dan perilaku mereka.

“Kini sebagian besar anak muda Baduy enggan membantu orangtuanya berkebun atau bercocok tanam lagi. Jelas ini pergantian sosial dan budaya yang tidak baik,” ujar Uday.

Baca Juga :  Tips Padu-padan Jeans Ala Selebgram Sari Indah Pratiwi, Terkesan Lebih Simpel dan Gaya Tetap Casual

Mayoritas pengguna android di golongan warga Baduy, terangnya, yaitu pengguna media sosial, bahkan ada yang telah menjadi menjadi youtuber dan meng gunakan berbagai aplikasi, seperti tiktok atau yang yang lain.

“Mereka bebas mengakses konten apa saja dan kapan saja. Sementara orang tuanya, yang hanya sibuk berkebun, tidak paham apa itu android, medsos dan apa bahayanya dari konten negatif yang merusak cara berpikir dan berperilaku anaknya,” pungkas Uday.

(Red )