Archives : Heryadi Bin Syarifudin
Pada 1930 lahirlah sejenis rumah mewah terbaru yang terinspirasi oleh rumah-rumah versi prairie house yang terkenal di Amerika Serikat pada selesai periode ke-19 dan permulaan periode ke-20. Seorang tokoh penting dalam pemikiran Prairie Style itu yakni Frank Lloyd Wright (1867–1959).
Pada abad waktu 1900-1914, arsitek populer ini menciptakan sekitar 50 proyek bangunan rumah dengan gaya desain tersebut, yang menggabungkan bagian alami, pertukangan tradisional, serta elemen modern.
Tipe rumah kolonial gaya prairie house itu memiliki sejumlah ciri khas. Terdapat sketsa asimetris berupa abjad L, dengan atap besar tanpa jendela loteng di atas lantai dasar.
Terkadang saja terdapat lantai satu juga. Sudut atap tidak pernah curam, umumnya sekitar 30-40°saja, dan pinggiran atap dibentuk cukup lebar. Di salah satu sudut rumah terdapat sebuah beranda. Dalam rancangan bangunan tampakpermainan dengan garis-garis horisontal dan vertikal, namun sifat horisontalisme lebih dominan.
Garis dinding bab bawah umumnya menggunakan mosaik batu alam hitam, sementara dinding bab atas senantiasa dilapisi plester putih. Di sudut tertentu, watu alam hitam tersebut bisa dibentuk lebih tinggi, hingga atap. Kesederhanaan dalam rancangan jarang terusik hiasan nonfungsional, tetapi jendelanya banyak memakai beling patri berwarna-warni, yang sering menawarkan pengaruhan besar lengan berkuasa dari rancangan beling patri hasil karya Frank Lloyd Wright.
Di atas jendela tersebut terdapat lubang panjang untuk ventilasi. Posisi rumah senantiasa ada di tengah halaman cukup luas. Bangunan sampingan dengan antara lain ruangan tangan kanan rumah tangga ditempatkan di halaman belakang, di mana privasi lebih tersadar ketimbang halaman depan yang cuma punya pagar rendah pada perbatasan dengan jalan lazim.
Tahun 1990 an, dahulu depan halamannya masih ada pohon asem jawa yang besar dan rindang.
@Foto Rumah perwira belanda, kini jadi RM dapoer iboe depan Alun-alun Pandeglang. Sebelum di rombak total oleh pemiliknya.