Menyederhanakan pernikahan itu adalah sunnah rasul, dan meski kita tahu bahwa yang sederhana adalah sunnah bukan berarti kita harus menggampangkan pernikahan, terlebih lagi bila hal itu kita kaitkan dengan masalah niat yang ada didalam hati.
Sederhanakanlah acara pernikahan, tetapi mewahkanlah niat yang ada dihati selalu karena lillahi ta’ala, bukan hanya untuk mendapat penilaian manusia dan semacamnya. Dan maksud memewahkan disini adalah benar-benar mempersiapkan keadaan hati yang baik untuk memutuskan menikah.
Jadi, sesederhana apapun jalan pernikahan yang kamu pilih untuk memulai hidup bersamanya dalam ikatan yang halal, maka yang namanya niat dalam hati seperti halnya menyadari tanggung hjawab haruslah tidak boleh sederhana dalam mempersiapkannya.
Karena menikah ini adalah tentang tanggung jawab, tentang penjagaan, dimana yang pertama kamu harus bertanggung jawab menggantikan tanggung jawab ayah dari wanita yang kamu nikahi, dan yang kedua adalah bertanggung jawab meneruskan penjagaan Allah.
Sebab wanita itu adalah besar mudlaratnya bila seorang laki-laki yang menjadi suaminya tak mamapu melaksanakan tugasnya sebagai seorang pemimpin dengan baik dan bijaksana.
Jangan Terlalu Sibuk Mempersiapkan Acaranya Yang Megah Sebelum Pernikahan, Tetapi Siapkanlah Hati Untuk Selalu Qana’Ah Setelahnya
Maka untuk para calon suami, jangan hanya terlalu sibuk mempersiapkan acaranya yanng megah sebelum pernikahan saja, tetapi bagaimana caranya kamu lebih mempersiapkan keadaan hatimu agar lebih qana’ah setelahnya.
Sebab apa? Sebab memulai suatu hubungan sakral pernikahan itu bukanlah sesuaatu hal yang mudah, butuh perjuangan untuk selalu bersabar menghadapi suatu keadaan yang mungkin sebelumnya belum pernah kita ketahui dari pasangan kita.
Iya mungkin kalau masih diawal-awal semuanya akan terlihat baik-baik saja, sebab semuanya mungkin memang akan terasa indah dan selalu mengindahkan, karena adanya cinta dan rasa sayang menggebu-gebu.
Tapi siapa yang tahu setelah keadaan mulai membosankan sebab kekurangn diri yang tiba-tiba muncul, ketidak tahuan kita terhadap sikap yang kurang mengnakkan dari pasangan kita, semuanya terkadang kerap kali menajdi masalah kecil dan ujian pertama jalinan yang ada.
Hingga akhirnya akan menjadi suatu permasalahan yang besar bila sebelumnya hati tak dipersiapkan dengan baik untuk bersifat qana’ah.
Karena Yang Terpeting Bukan Megahnya Resepsi, Tetapi Niat Yang Selalu Terpatri Dihati “Lillahi Ta’ala”
Karena yang terpenting dalam memulai pernikahan ini bukan megahnya resepsi, tetapi niat yang selalu terpati “Lillahi Ta’ala”.
Karena apabila hati sudah tetap merujuk kepada Allah, maka yang ada didalam pikiran kita hanyalah bagaimana caranya tindakan yang ada selalu mendatangkan keridlaan Allah.
Sehingga bila sudah demikian, maka sudah jelas setelah pernikahan, atau bahkan setelah bertahun-tahun bersamapun semua keadaan yang ada akan selalu tercipta menyenangkan dan selalu indah, karena esiapan hati yang sudah benar-benar matang sebelumnya.
Sibuk Mempersipkan Keadaan Batin Lebih Penting Dari Sibuk Mempersiapkan Lahiriah Semata, Karena Menikah Ini Adalah Tentang Tanggung Jawab
Maka sibuk mempersiapkan keadaan batin lebih penting dari sibuk mempersiapkan lehiriah semata, karena menikah ini adalah tentang tanggung jawab, bukan hanya tentang hidup bersama, satu atap dengan oarang yang dicintai, atau tentang mengarungi kehidupan ini bersama-sama agar lebih berwarna.
Tetapi bagaimana caranya hidup yang dipilih bersama benar-benar menjadi lebih bermakna sebab adanya visi misi yang sama demi mengharap kebaikan dari Allah secara bersama.
Sehingga setiap saatnya keadaan yang ada selalu menciptakan kasih sayang Allah, sebab tertatanya tanggung jawab yang memang sudah dipersiapkan diawal pernikahan.
Lebih Bertanggung Jawab Dalam Mempersiapkan Keadaan Hati Adalah Lebih Penting Dari Sekedar Mempersiakan Walimahan Yang Hanya Senang Sesaat
Lebih bertanggung jawab dalam mempersiapkan keadaan hati adalah lebih penting dari sekedar mempersiapakan walimahan yang hanya senang sesaat.
Sebab menyempurnakan agama Allah itu bukan suatu hal yang mudah, butuh perjuangan yang sangat amat besar agar kebaikan yang ada benar-benar dirasakan sempurna bersama-sama.
Dan apabila ada salah satu diantara kamu sebagai seorang suami yang mengeluh karena keadaan hubungan rumah tangga yang semakin carut marut.
Maka pertanyaan utamanya adalah seberapa besar hatimu dalam mempersiapkan pernikahanmu dulu, dan sudah sadarkah kamu bahwa menikah itu adalah menyempurnakan agama Allah?
Lalu untuk apa mengeluh, sebab yang namanya melakukan sesuatu karena untuk mendapat keridlaan Allah memang butuh yang namaya perjuangan, pertahanan hati, dan pengendalian diri.
Karena janji yang ditawarkan Allah memang tak kalah berharganya dengan bentuk pejuanganmu sebagai seorang suami, apakah janji itu? Yaitu SYURGA dan seisinya.
Karena Senangnya Mengarungi Bahtera Rumah Tangga Itu Tidak Dilihat Dari Awal Pernikahan, Tetapi Dilihat Dari Setelahnya Pernikahan
Dan mengapa kita harus selalu mempersiapkan hati sebelum kita benar-benar mempersiapkan keadan lahiriah untuk memulai suatu pernikahan? Kaena senangnya mengarungi bahtera rumah tangga itu tidak dilihat dari awala pernikahan saja, tetapi dilihat dari setelahnya pernikahan.
Maka, saat diawal pernikahan seseorang itu merasa senang yang sesenang-senangnya, jelas itu adalah sesuatu yang wajar.
Sebab siapa sih yang tak senang memiliki cinta dan pendamping hidup didunia ini, apalagi yang menjadi teman hidup kita itu adalah sosok yang memang selalu disemogakan dalam doa selama ini.
Tetapi kesenagan ataupun kebahagiaan yang sesungguhnya itu adalah apabila setelah bertahun-tahun mengarungi pernikahan, rasa bahagia itu selalu tetap sama dan tak berupa sedikitpun, sebab tanggung jawab dihati yang selalu terjaga bijaksana.