Serial Akuntansi: Cara Membuat Jurnal Transaksi

Default Social Share Image

Serial Akuntansi: Cara Membuat Jurnal Transaksi – Nah JagFamily, Kemarin kita telah belajar mengenai Tahapan Pertama Siklus Akuntasi: Analisa Bukti Transaksi. Maka sesuai yang dijanjikan, sekarang saya akan melanjutkan mengenai langkah berikutnya. Yaitu Penjurnalan.

Sebagai pengingat, siklus akuntansi sendiri terdiri atas:

1. Analisa bukti transaksi

2. Penjurnalan

3. Buku Besar

4. Neraca Saldo

5. Laporan Keuangan

Aktivitas penjurnalan biasanya dilakukan secara real time. Yaitu langsung begitu ada transaksi yang masuk. Namun ada pula yang melakukan penjurnalan menjelang akhir jam kerja. Sehingga penjurnalan yang dilakukan mencakup transaksi pagi sampai sore hari sekaligus. Hal ini sah-sah saja, karena kaitannya terletak pada kenyamanan anda dalam menjurnal. Semakin anda nyaman, maka kegiatan menjurnal akan jadi lebih tidak menjemukan untuk ditekuni.

Sebelum mulai menjurnal, anda harus memastikan bahwa langkah Analisa Bukti Transaksi telah dilakukan dengan benar. Sebab tanpa data yang benar, mustahil mampu menghasilkan jurnal yang akurat. Makanya, untuk menghasilkan jurnal yang benar, pastikan bukti transaksinya ada dan datanya jelas, benar dan bisa dipertanggungjawabkan.

Baca Juga :  Jika Memiliki Tanda-tanda Ini, Berarti Dia Sahabat Sejatimu

Nah, sebelum menjurnal pula, ada beberapa konsep dasar yang perlu dipahami:

1. Visualisasi Laporan Keuangan.

Kenapa kita harus mematuhi siklus akuntansi? Tujuan akhirnya tentu saja mewujudkan suatu laporan keuangan. Maka, kita harus tahu dulu visualisasi tujuan akhir kita. Yaitu seperti apakah laporan keuangan yang ingin kita buat. Nah, laporan keuangan sendiri ada banyak sekali macamnya. Maka untuk mengawali, kita pahami dulu laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi.

 

akuntansi-neraca-laba-rugi

 

Dengan visualisasi tersebut, diharapkan kita dapat menjurnal transaksi dengan tepat dan akurat. Karena kita tahu apa yang akan kita wujudkan.

2. Persamaan Akuntansi

ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS

ASET adalah adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Bisa berupa: uang tunai (atau biasa disebut kas), piutang (atau tagihan kepada pihak lain), persediaan barang, dan aset tetap. Dari mana asalnya sebuah perusahaan memperoleh aset? Tentu saja tidak muncul ke permukaan begitu saja. Aset diperoleh dari:

    • MODAL: Dana yang disetorkan oleh pemilik usaha untuk menjalankan proses ekonomi dalam perusahaanya.
    • KEWAJIBAN: Utang. Utang tersebut wajib dibayar dalam jangka waktu tertentu.
Baca Juga :  5 Cara Rahasia untuk Meluruskan Data dan Storytelling pada Pertumbuhan Bisnis

Maka dapat dikatakan, di satu sisi perusahaan memiliki kekayaan (Aset). Sedangkan di sisi lain, perusahaan juga memiliki utang (kewajiban) dan modal. Kondisi ini akan seimbang dari waktu ke waktu karena setiap perubahan pada satu sisi akan selalu diimbangi oleh perubahan di sisi lainnya. Sebagaimana yang dapat kita lihat pada laporan Neraca. Maka diperoleh:

 Total aset = Total Utang + Total Modal

3. Prosedur Debit Kredit

Prosedur ini dihasilkan dari persamaan inti akutansi. Yakni ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS. Di dalam akuntansi, istilah debit dan kredit berkaitan dengan sistem pembukuan dengan double entry. Dimana setiap transaksi harus dicatat dalam dua kolom. Satu diantaranya adalah debit, dan yang lainnya adalah kredit.

Baca Juga :  Semua Memang Telah Allah Atur, Maka Pastikan Kamu Tak Banyak Mengeluh Atas Sesuatu yang Kamu Anggap Buruk

Misalnya: Saya mengeluarkan uang Rp 10,000 untuk membeli persediaan permen yang akan saya jual kembali. Maka dalam akuntansi dinyatakan sebagai berikut:

Debit – Persediaan permen    Rp 10.000

Kredit –  Kas  Rp 10.000

Penulisan yang tidak lurus di atas bukan tidak sengaja. Dalam akuntansi, penulisan demikian dimaksudkan untuk memudahkan membaca debit dan kredit. Lajur yang menjorok keluar pasti pada bagian kredit.

Dan aktivitas menulis transaksi seperti itulah yang dinamakan penjurnalan. Nah JagFamily, sampai jumpa pada siklus akutansi berikutnya di bulan depan 😉