LEBAK – Anak-anak di Tiga Kampung yang terdampak peristiwa banjir akibat tingginya curah hujan sementara waktu kemudian, yakni Kampung Wanti, Talagasari dan Kadujangkung, Kecamatan Leuwi Damar, Kabupaten Lebak-Banten, diberikan Treatment Trauma Healing oleh Criminal Law Student Assosiation (CLSA) Fakultas Hukum Untirta bareng Komunitas Relawan Banten, Haji Rocker Foundation, Padepokan Kupi, dan Duta Damai.
Kegiatan Trauma Healing dijalankan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Lebak. Sekolah tersebut menjadi opsi untuk dilaksanakan Trauma Healing alasannya hampir semua siswa di sekolah tersebut terdampak banjir. Dari 384 siswa, terdapat 226 siswa yang kampung kawasan tinggalnya terdampak banjir.
Demikian hal tersebut dibilang Aliyth Prakarsa, Koordinator Lapangan (Korlap) acara Trauma Healing dalam informasi tertulis nya, Selasa (15/12/2020).
“Kegiatan ini merupakan bagian dari pemenuhan hak anak-anak yang menjadi prioritas dalam penanganan tragedi,” ujarnya.
Dijelaskannya, dalam Undang-undang Perlindungan Anak, anak dalam lokasi peristiwa diharapkan santunan khusus, diantaranya psycho social.
“Meskipun Trauma healing ini bab terkecil dari psycho social selaku tahapan recovery dalam siklus manajemen kebencanaan,” tandas Aliyth.
Ia mengatakan, pihaknya bergerak untuk dapat memulihkan secara psikososial, semoga bawah umur dapat kembali ceria.
“Kami bergerak di bidang pemulihan secara psikososial, ialah mempertahankan supaya bawah umur penyintas tidak syok balasan bencana yang dialaminya dan kembali ceria.” terperinci Aliyth.
Meski demikian, tutur dia, dimasa pandemi Covid-9 ini acara trauma hiling tersebut tetap menerapkan protokol kesehatan, baik pengukuran suhu tubuh, memakai masker dan juga memakai hand sanitizer.
“Setelah melalui proses standar protokol kesehatan, tim relawan mengajak belum dewasa bermain bareng mirip bernyanyi, bercerita melalui menggambar, menulis surat keinginan terhadap para pemimpin Negara, dan melaksanakan permainan lain yang tetap menjaga jarak satu sama lain,” paparnya.
Menurut Aliyth, sekalipun bentuknya permainan, namun yang dilakukan oleh para relawan sejatinya yaitu pendidikan dini administrasi kebencanaan.
“Dibalut melalui permainan, diharapkan masuk dalam alam sadar bawah umur penyintas semoga mereka pun turut siaga peristiwa,” pungkasnya. (Red)