Archives: Heryadi Bin Syarifudin
Ada yang unik soal sejarah Pandeglang, atau lebih jelasnya Banten Tengah dan Kulon Kidul. Warga Pandeglang menyebut sejarahnya dengan perumpamaan Pareum Obor, artinya kurang lebih matinya arah dan informasi. Kaprikornus, warga pun tak tahu asal ajakan Pakaian adatnya, ini alasannya adalah arsip yang berisi sejarah Pandeglang lebih didominasi sejarah dan tradisi priyangan yang lebih banyak mencatat sejarah peradaban mereka.
Dari hasil observasi ternyata pandeglang, atau Banten Tengah dan Banten Kidul, memiliki persamaan dalam tradisi budpekerti istiadat, yang berlainan jauh dengan istiadat Priangan.
Tata cara berpakaian dan corak warna di Banten Tengah dan Kidul Lebih sederhana, dimana ciri khas berhuma lebih mendominasi teladan pikir dan adabnya, berlainan dengan sistem priangan yang menetap dan menggunaakan busana berwarna serta berkelir.
Pakaian Banten Tengah dan Kidul untuk kaum laki-lakinya pada umumnya menggunakan pakaian disebut “JAMANG” dengan kancing satu di bab bawah kerah, sampai mampu di ikat.
Dan sarung di bab bawahnya, dengan cara mengangkat sarung sebatas bawah lutut. Ditambah ikat kepala bergaya ulama, atau santri, yang diikatkan sederhana tanpa banyak pernak-pernik, dari materi kain kafan garang.
Sedangkan pakaian KAKA TETEH yang dikala ini di promosikan lebih mengarah kepada pakaian tradisi priangan yang Jauh dari kehasan Banten Tengah yang sederhana.