Jeritan Pedagang Bakso Keliling Di Tengah Pandemi Covid-19

Default Social Share Image

PANDEGLANG, – Dampak pandemi COVID-19, sungguh terasa oleh semua kalangan masyarakat di seluruh Indonesia bahkan semua Negara. Sebagian besar warga mengalami kesusahan ekonomi, sehingga banyak perusahaan besar yang mengalami kebangkrutan.

Hal susah tersebut, juga dirasakan oleh para pelaku perjuangan terutama pedagang kecil. Seperti yang dicicipi oleh Rahmat (50), pedagang bakso keliling warga Kampung Cikole, Kelurahan Kabayan, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang.

Mas Jawir, begitu sapaan dekat penjual bakso keliling yang sering ditemui di daerah Kecamatan Pandeglang itu menuturkan, bahwa pandemi covid-19 sangat besar lengan berkuasa kepada pendapatannya sehari-hari. Ia mengaku mengalami penurunan omset semenjak adanya covid-19.

Baca Juga :  Melihat Perjuangan Emping Melinjo Di Cijeruk Pandeglang, Tetap Eksis Di Tengah Pandemi

“Saya modal kurang lebih Rp400 ribu buat materi – materi jualan, selama sehari kalo habis semua aku sering dapet kurang lebih 600 ribu, ya segimana rame atau engganya itu juga kotor itu. Kalo sepi paling-paling cuman dapet Rp300-400 ribu, buat sehari-hari ya dicukup – cukupin buat modal lagi,” tuturnya terhadap pandeglangnews.co.id

Ia mengaku, selama 5 tahun berdagang, semenjak ada pandemi covid-19 lah dirinya sangat merasa kesulitan lantaran sepinya pembeli. Kendati demikian, dia yang sebelumnya pernah berdagang tempe mengaku lebih memilih bertahan berdagang bakso walaupun dengan pendapatan pas-pasan.

“Sebelum berjualan baso keliling pernah berjualan tempe, selama era pandemi ini sering mengalami sepi pembeli dan penurunan omset. Sehari – hari sering berkeliling dan berjualan disekitaran Kecamatan Pandeglang,” ujarnya.

Baca Juga :  Beberapa Kawasan Di Pandeglang Memiliki Peluang Kerjakan Pemungutan Suara Susulan

Kendati demikian, walaupun ditengah kesulitan pandemi covid-19 dirinya tidak menaikan harga bakso yang dia jual. Baksonya tetap menjadi favorit warga kampung, karena harganya yang cukup murah-meriah.

“Saya tetap jual paling mahal goceng, namun kalo ada yang beli Rp2000 juga dilayanin. Ya kalo di kampung kalo anak kecil 1000 juga saya layanin. Ya kasian dari pada nangis, ya itung-itung kita sedekah,” tuturnya.

Bapak dua anak menuturkan, baso yang ia jual ialah bakso ayam yang ia olah sendiri. Sejak ditinggal wafat istrinya semenjak bertahun-tahun kemudian, dia juga harus menyiapkan segala persiapan dagangannya seorang diri.

Ia juga mengaku, sejak adanya program Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro (BPUM) lewat program BLT UMKM dari pemerintah sentra lewat Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (Kemenkop UKM) dia belum pernah menerima bantuan tersebut walaupun sudah berulang kali mengajukan perlindungan tersebut.

Baca Juga :  Wabup Tanto Beri Bantuan Logistik Untuk Korban Banjir Di Pandeglang Selatan

Ia berharap, seiring dengan makin diperketatnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dimasa covid-19 ia berharap upaya tersebut juga sejalan dengan perhatian pemerintah terhadap para pelaku perjuangan kecil seperti dirinya.

“Ya aku telah pernah mengajukan perlindungan tersebut, tetapi belum turun juga sampe sekarang, aku berharap biar bantuannya cepet turun dan bisa aku gunakan untuk modal perjuangan lagi,” harapnya. (US/red)