Polemik Anjing Di Shelter Wanita Bercadar

Default Social Share Image

Oleh: Mahyu An-Nafi

Nama Hesty Sutrisno kembali mencuat di jagat media, tak lain dirinya mengumpulkan, memelihara, dan mempertahankan 70 anjing di shelter-nya. Tak hanya itu ia juga memelihara 20 kucing dan ayam. Artinya ada rupa binatang dijaganya. Gambaran itu mampu kita katakan: dia pecinta hewan!

Mungkin tak jadi soal bila yang dipelihara perempuan bercadar itu ayam dan kucing, dua melata yang sudah familar. Nah ini, anjing! Banyak lagi. Terus pake cadar lagi.

Ya, betapa geger jagat nasional. Sampai kabarnya ada ormas yang datang ke sana. Pastinya untuk memperingatkan Ibu bercadar itu. Ada sekelompok warga yang merasa terusik.

Sebelumnya juga, ibu yang pernah bertempat tinggal di Pamulang Tangerang Selatan ini pernah menjadi perhatian alasannya adalah kepeduliannya pada anjing, sempat trend juga. Sekarang pun pasca hijrah daerah Bogor, Jawa barat kembali menuai perhatian.

Baca Juga :  Cegah Penyebaran Covid-19 Wartawan Mampu Sumbangan Masker

Kedekatannya pada binatang yang telah dilabel haram abadan abada mampu dilihat di akun Youtube Hesti Sutrisno Channel. Macam pemandu atau apalah gitu, hewan yang terkenal paling setia itu mengerumuni wanita bercadar tersebut. Tanpa risih beliau memeluk, mungkin mencium seolah ada ikatan batin di antara hewan yang terbuang dan dibuang itu.

70 binatang dijaganya. Meski untuk itu beliau butuh modal untuk pakan si binatang. Mungkin jiwa keibuannya mengatakan di sana dengan realitas yang menohok rasa. Maka cinta menuntun pada jalan dan pilihannya.

Saya pribadi tak mampu men-judge jalan yang diseleksi wanita bercadar baik itu, alasannya aku tak tahu landasan jelasnya apa. Kalau pun tahu, ya itu hak ia. Soal amal atau apanya mungkin telah dipertimbangkannya.

Saya bukan pecinta binatang, wuih bisa lari terbirit-birit menyaksikan dan erat hewan bermoncong itu. Cuma aku menyaksikan kasih sayang wanita itu tersentuh saja. Saya pun tak menyalahkan warga, alasannya bisa jadi mungkin terusik. Anjing kan binatang yang “terperinci” dan berada di lingkungan “yang terang menghukumi”. Kemudian kontroversi dan berpolemik masuk akal, dinamika ruang sosial.

Baca Juga :  Warga Desa Rawasari Digegerkan Penemuan Bayi Perempuan Di Kebun Sawit

Tinggal bagaimana baiknya nanti, pasti solusi yang terbaik dibutuhkan.

Saya kadang merenungkan klarifikasi Gus Baha terkait anjing dan problemnya. Ya, anjing katanya di kurun peradaban Islam tak dipandang sekeji sekarang. Ada di kurun dia dianggap biasa dan dipelihara. Berkeliaran pula. Lebih lengkapnya silakan tonton di Yotube.

Di CNN Indonesia sampai ada rubrik khusus “Anjing-anjing Ibukota” yang membicarakan kajian dan penelitian akan nasib anjing yang amat menyeramkan juga melukai rasa kemanusiaan. Banyak anjing dari desa-desa ditangkap dan ilegal dikirim ke resto tertentu untuk diolah. Tak cuma itu, anjing jalanan pun ditangkap juga dijagal dengan cara mengerikan. Kabarnya lenguhan dan jeritnya amat menusuk rasa.

Kalau digali lebih dalam memang cukup memprihatinkan nasib hewan di jaman serba instan lagi maju ini. Nasib mereka tragis, apalgi jika sudah menjadi “artis sirkus”, maka naluri kebinatangan mereka dipaksa demi komersial. Kita tak peduli ada luka ia setiap tawa penonton. Ya mereka ingin bebas namun keserakahanan manusia menutup hak mereka untuk hidup.

Baca Juga :  Polisi Bongkar Praktik Klinik Aborsi Di Pandeglang, Pasang Tarif Rp 2,5 Juta

Munculnya wanita cadar itu seolah menjawab kenyataan bahwa ada jiwa yang peduli pada makhluk yang berlawanan. Dasarnya peduli, harapnya cinta, bekalnya nekat saja. Sama-sama makhluk yang dicipta Sang Pencipta.

Siapa yang kejam dan terus bagaimana penjelasannya anjing yang masuk nirwana?

Kalau soal itu saya tidak tahu apalagi membahas najis dalam kasus memelihara anjing itu. Ada para spesialis yang lebih paham, maka kita dengarkan dan pahami itu. Untuk Mbak Hesti, salam kenal! Kalau sama anjingnya, gak mau kenalan, sien! Haha. Wallahu ‘lam.

Pandeglang, 19 Maret 2021.