Cerita Gubuk Reot Di Soreang Pandeglang Dihuni 3 Keluarga

Default Social Share Image

PANDEGLANG, – Kisah pilu dialami pasangan Rohman (59) dan Yati (48), warga Kampung Kampung Soreang RT 03, RW 06, Desa Pareang, Kecamatan Mekarjaya, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Bagaimana tidak, gubuk yang tampakreyot dan tidak layak huni itu juga dihuni oleh dua keluarga yang lain, diantaranya kaka wanita dengan suami dan 5 anaknya, serta adik wanita dengan suami dan 1 anaknya dengan total yang mengisi gubuk tersebut 12 orang.

Cerita Gubuk Reot Di Soreang Pandeglang Dihuni 3 Keluarga
Kondisi di gubuk yang ditempati Rohman dan sodaranya

Gubuk itu hanya berlantaikan tanah dan beratapkan alang. Selain itu, atap yang lama dibeberapa titik menimbulkan kebocoran. Sehingga saat malam datang atau saat hujan turun, tak banyak yang bisa mereka lakukan selain merasakan kedinginan setiap hari.

Baca Juga :  Pertabenindo Tangkap Potensi Usaha Talas Jadi Aicon Nasional Ketahanan Pangan

Keterbatasan ekonimilah yang menjadi argumentasi mereka untuk tetap bertahan di gubuk tersebut. Pekerjaan Rohman dan 2 saudaranya yang hanya sebagai petani serabutan hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Bahkan kadang kala mereka harus berhutang semoga mampu sekadar untuk makan.

Saat ditemui dikediamannya, Rohman mengungkapkan bahwa rumah yang ditempatinya itu ialah warisan dari orang tuanya. Karena keterbatasan ekonomi, walaupun telah berumah tangga, tetapi dirinya dan kedua saudaranya terpaksa tinggal satu rumah meskipun kondisinya sungguh memperihatinkan.

“Mau gimana lagi, boro-boro buat beli rumah, atau bangkit rumah, untuk makan sehari-hari aja susah,” ujarnya.

Cerita Gubuk Reot Di Soreang Pandeglang Dihuni 3 Keluarga

Rohman berharap, Pemerintah Kabupaten Pandeglang dapat memperlihatkan perhatian kepada keluarganya yang hidup digaris kemiskinan. Karena dia mengaku sudah bertahun-tahun tidak pernah mendapatkan dukungan dari Pemerintah.

Baca Juga :  Dprd Pandeglang Segera Ajukan Peresmian Bupati Dan Wakil Kepada Mendagri Melalui Provinsi Banten

“Tolong pak, supaya ada perlindungan untuk keluarga kami. Terutama untuk perbaikan rumah ini. Karena aku cuma kuli serabutan, kerja kalo ada yang nyuruh,” tukasnya.

Ditempat yang sama, Nia (9) keponakan Rohman yang juga tinggal dalam gubuk tersebut mengisahkan sulitnya perekonomian yang dialami keluarganya. Meskipun gres duduk di dingklik SD (Sekolah Dasar), namun seolah dirinya sungguh mengetahui betul keadaan keluarganya.

“Terimakasih pak, saya sudah dikasih buat jajan. Kalo jajan sekolah paling Rp500 rupiah atau Rp 1000 rupiah,” ucapnya.

Cerita Gubuk Reot Di Soreang Pandeglang Dihuni 3 Keluarga

Nia memberikan, jikalau kedua orang tuanya ialah seorang buruh tani tidak tetap. Ia menceritakan, untuk membantu ayahnya memperbesar penghasilan, terkadang ibunya sering menolong tetangganya mengaput (menjahit busana menggunaka tangan-red) busana.

Baca Juga :  Ketua Bhayangkari Daerah Banten Wie Rudy Heriyanto Kunker Ke Bhayangkari Cabang Pandeglang

“Ibu sering ngaput pakaian tetangga pak, kadang itu juga di bayar kadang ngga. Sekarang kita udah ngga boleh menghutang ke tetangga. Pernah di kasih ngutang beras, terus berasnya kehujanan alasannya rumah Bocor, kita gak makan,” kisahnya pilu. (US/red)