PANDEGLANG, – Menggunakan topi Koboy dan grobag dorong, menjadi ciri khas tersendiri bagi Mang Jajang (62) pedagang es goyang yang telah puluhan tahun menggeluti usahanya di Kabupaten Pandeglang itu.
Es krim ala Indonesia yang hits di kurun ’90-an itu biasanya Mang Jajang jual di depan Sekolah-Sekolah Dasar yang ada di sekeliling Kecamatan Pandeglang. Namun sejak adanya pandemi covid-19, dia mengaku kerepotan untuk mencari pembeli lantaran sekolah kawasan dia mangkal jualan melaksanakan aktifitas berguru dirumah.
“Saya lazimjualan di depan sekolah, kini mah sukar mencari pembeli. Kalau anak-anak sekolah masuk, ada aja yang beli, ada pendapatan. Sekarang sekolah ditutup, berguru online mamang kerepotan. Mau keliling sekarang telah tidak berpengaruh,” tuturnya.
Meskipun menjadi korban pandemi covid-19, tetapi dirinya tidak pernah menerima pemberian dari pemerintah. Padahal, selain omset yang menurun drastis, beliau juga harus memikirkan biaya kontrakan setiap bulannya.
“Selain mikirin buat kebutuhan sehari-hari, tentu mikirin buat bayar kontrakan, kan mesti dibayar. Ya tapi kita harus sabar,” ungkapnya.
Untuk dimengerti, es favorit anak Sekolah Dasar tahun 90 an yang banyak ditemukan di sekolah-sekolah ini sebetulnya bukan asli Pandeglang. Es ini berasal dari Bandung.
Bahan pembuatan es goyang sangat sederhana. Adonan es ialah adonan antara santan kelapa, gula pasir, perasa, dan tepung hunkue. Tepung hunkue merupakan tepung yang yang dibuat dari tumbukan kacang hijau. Tepung jenis ini banyak didapatkan di pasar tradisional. Penjual es goyang juga banyak yang menciptakan kombinasi rasa dengan menyertakan buah segar mirip alpukat, durian, bahkan coklat.
Cara membuat es goyang ternyata tidak serumit yang dipikirkan. Bahan-materi yang telah diaduk sehingga mencapai kekentalan tertentu dituangkan ke dalam cetakan. Cetakan tersebut kemudian dimasukkan ke wadah pendingin yang berisi bongkahan es. Gerobak pedagang es goyang umumnya memiliki wadah pendingin yang cukup besar di bagian tengahnya, tergolong gerobak milik Mang jajang.
Sebelum adonan es mendingin, es goyang dibubuhi bacokan sebagai pegangan saat dicicipi. Setelah itu, barulah gerobak digoyang-goyangkan supaya campuran es membeku dengan rata. Dari proses pembuatannya yang digoyang-goyang inilah toponimi es goyang berasal.
Cukup dengan mengeluarkan uang Rp2.000 per potong, sensasi kenikmatan menggigit es goyang telah bisa dirasakan. Agar lebih lezat, jangan lupa untuk mencelupkan es goyang ke dalam kuah coklat. Teksturnya yang lembut akan terasa lumer di lisan. Dan bagi sebagian orang, menggigit es goyang mempunyai arti mengingat kembali kenangan era kemudian. (Agus/red)